
Foto Ketua Tim Bina Haji dan Advokasi Haji Reguler, Bidang PHU Kanwil Kemenag Aceh, Ustaz Juhaimi Bakri SAg MPd (Foto/Doc Ist)
Aceh Besar - Ketua Tim Bina Haji dan Advokasi Haji Reguler, Bidang PHU Kanwil Kemenag Aceh, Ustaz Juhaimi Bakri SAg MPd, menyampaikan empat indikator ketakwaan pasca Ramadhan dalam khutbah Jumat di Masjid Istiqamah Kueh Lhoknga, 19 Syawal 1446 H bertepatan dengan 18 April 2025.
Ia menguraikan indikator pertama, konsistensi ibadah.
Salah satu ciri orang bertakwa adalah menjaga hubungan dengan Allah secara berkelanjutan. Bila setelah Ramadan seseorang tetap melaksanakan salat berjemaah, memperbanyak zikir, dan membaca Al-Qur’an, itu tanda bahwa ibadah di Ramadan telah mengakar dalam dirinya.
Kedua, puasa enam hari di bulan Syawal. Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).
“Hadis ini menunjukkan, orang yang bersungguh-sungguh dalam mengejar pahala dan mendekatkan diri kepada Allah akan melanjutkan puasa sunah sebagai bukti kesungguhannya,” ungkapnya.
Ustaz Juhaimi melanjutkan indikator ketiga, akhlak yang terjaga. Ketakwaan juga tercermin dalam hubungan sosial. Jika setelah Ramadan seseorang lebih santun, sabar, jujur, dan dermawan, maka itu pertanda positif bahwa puasanya telah membentuk karakter takwa.
Keempat, menjauhi dosa. Rasulullah saw bersabda, “Takwa itu di sini (sambil menunjuk ke dada tiga kali).” (HR. Muslim). Artinya, takwa tidak hanya tampak dalam ibadah lahiriah, tetapi juga pada integritas dan kendali diri dalam menjauhi dosa.
“Syawal menjadi ujian apakah seseorang mampu menjaga mata, lisan, dan perbuatan dari kemaksiatan sebagaimana ia menahannya di bulan Ramadan,” tegasnya.
Pada bagian lain khutbahnya, Ustaz Juhaimi menyampaikan, ketakwaan proses yang harus terus ditingkatkan. Bulan Syawal hendaknya dijadikan momentum melanjutkan semangat Ramadan, bukan melupakannya.
“Islam mengajarkan kesinambungan amal saleh, bukan hanya musiman,” ungkapnya.
Allah Swt berfirman: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).” (QS Al-Hijr: 99).
“Jadi ibadah dan upaya meningkatkan takwa harus dilakukan terus-menerus hingga ajal menjemput. Maka, kualitas takwa sejati adalah yang mampu bertahan dan terus meningkat setelah Ramadan berlalu,” ujarnya.
Menurut Ustaz Juhaimi, mengukur kualitas takwa di bulan Syawal bukanlah perkara mudah. Ia membutuhkan kejujuran diri, evaluasi yang mendalam, dan komitmen untuk terus memperbaiki diri.
“Ramadan telah memberi pelatihan intensif selama sebulan. Kini saatnya kita membuktikan hasil pelatihan itu dalam kehidupan nyata,” pungkas Sekretaris PD Muhammadiyah Aceh Besar ini. [Sayed M. Husen]