Ketua Kornas ADAKSI Pusat Anggung Gunawan di depan Setneg RI dalam rangka mengantar Surat Aksi Damai 3 Februari 2025 kepada Presiden RI Prabowo Subianto. (Foto/Ist)
Jakarta – Seluruh dosen ASN di Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek Seluruh Indonesia (ADAKSI) bulat tekad memperjuangkan hak mereka. Dengan satu suara, menuntut pemerintah segera membayarkan tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen ASN di lingkungan kerja Kemendikti Saintek tahun 2025, serta memastikan pembayaran tukin bagi semua dosen ASN, tanpa kecuali.
Tuntutan ini berlaku untuk dosen ASN yang mengajar di PTN Satker, BLU, PTNBH, maupun di LLDikti, sebagaimana hak yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 80 tentang Aparatur Sipil Negara.
Selama ini, dosen ASN di Kementerian lain telah menerima tukin sejak tahun 2012, sedangkan dosen ASN di Kemendikti Saintek terus diperlakukan tidak adil.
"Sudah cukup! Kami menuntut hak kami yang selama ini diabaikan!," kata Koordinator Nasional ADAKSI Pusat Anggung Gunawan pada media Jumat, (31/01/2025).
Ungkap Anggun demi menegakkan keadilan ini, ribuan dosen yang tergabung dalam ADAKSI dari seluruh provinsi di Indonesia akan bergerak ke Jakarta dan melakukan aksi demonstrasi di Istana Negara pada Senin, 3 Februari 2025 mendatang.
"Kami tidak meminta belas kasihan, kami menuntut hak kami yang telah tertunda selama 5 tahun," ujar Anggun.
Ketua Kornas ADAKSI Pusat, Anggun, menegaskan bahwa aksi ini tidak akan dibatalkan atau ditunda, meskipun ada berbagai upaya untuk menggagalkannya.
"Kami tetap akan turun ke jalan pada 3 Februari 2025 dengan dua tuntutan utama, segera bayar tukin dosen ASN di Kemendiktisaintek dan berlakukan tukin untuk semua dosen ASN di Indonesia, tukin For All,"ujar Anggun.
"Untuk saat ini solidaritas tak terbendung: dosen bergerak ke Jakarta dari seluruh penjuru Indonesia," lanjut Anggun.
Lanjut Anggun demi perjuangan ini, seluruh Koordinator Wilayah (Korwil) ADAKSI di berbagai provinsi terus berkoordinasi dan memastikan kesiapan massa aksi. Bahkan, menurut Anggun, banyak dosen telah mulai bergerak ke Jakarta dengan berbagai cara, melalui jalur darat, udara, hingga kapal laut dari daerah-daerah terjauh di Indonesia.
"Saat ini koordinasi sangat solid, ada yang melaporkan bahwa dosen dari Sulawesi sudah naik kapal laut, sementara yang lain sudah dalam perjalanan darat. Semangat ini sungguh luar biasa dan mengharukan," ungkap Anggun.
Dosen-dosen yang tidak bisa berangkat bahkan rela menyumbangkan dana di wilayah masing-masing untuk membantu biaya perjalanan perwakilan yang akan turun aksi di Jakarta.
"Ini adalah bukti bahwa perjuangan ini bukan sekadar aksi, tapi gerakan moral untuk menegakkan keadilan," ucap Anggun.
Menurut Anggun, dibatasi 300 orang, tapi semangat tak terbendung meskipun jumlah massa aksi yang dilaporkan ke pihak keamanan hanya sekitar 300 orang, Anggun mengungkapkan bahwa sebenarnya ribuan dosen siap turun ke Jakarta.
"Kami sengaja membatasi jumlah peserta yang berangkat demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, di balik jumlah yang terlihat kecil ini, ada ribuan suara dosen ASN di seluruh Indonesia yang turut berjuang dengan hati dan solidaritas luar biasa," tambahnya.
Anggun juga menegaskan bahwa upaya pihak-pihak tertentu untuk menggagalkan aksi ini dengan berbagai tekanan dan provokasi tidak akan berhasil.
"Kami tidak takut! Kami hanya menuntut hak kami yang tak kunjung dibayarkan selama 5 tahun. Kami bukan makar! Kami tidak melanggar hukum! Justru menolak aksi ini berarti melanggar konstitusi," tegasnya.
Menurutnya, perjuangan ini bukan hanya tentang uang, tetapi tentang martabat dan penghargaan terhadap dunia akademik di Indonesia. Pemerintah harus sadar bahwa tanpa dosen, negeri ini tak akan maju.
"ADAKSI akan tetap tegak, tetap bergerak, dan tidak akan berhenti sebelum tuntutan ini dikabulkan. Kami menuntut keadilan, bukan belas kasihan," pungkasnya. [Hamdani]