Rapat perdana pengurus di Ruang Pertemuan MAA Aceh Utara pada Selasa, (10/12/2024). (Foto/ Muhammad Hatta)
Aceh Utara – Dalam upaya melestarikan dan mengembangkan adat istiadat Aceh, Majelis Adat Aceh (MAA) Aceh Utara menggelar rapat perdana pengurus di Ruang Pertemuan MAA Aceh Utara pada Selasa, (10/12/2024).
Rapat ini dipimpin oleh Ketua MAA Aceh Utara, T. Idris Thaib, yang didampingi oleh Sekretaris Rahmadi, SE, serta jajaran wakil ketua dan pengurus dari berbagai bidang. Dalam pertemuan ini, Pengurus MAA Aceh Utara melalui setiap bidang, menyampaikan serangkaian program strategis untuk pelestarian, pengembangan, dan revitalisasi adat istiadat di Aceh Utara selama periode 2024-2029.
Menurut T. Idris Thaib, program-program strategis yang telah disusun bertujuan untuk memastikan adat istiadat Aceh Utara tetap hidup dan berkembang di tengah tantangan zaman.
"Kami berkomitmen untuk melestarikan kearifan lokal Aceh Utara dan memastikan bahwa tradisi yang telah lama ada tidak hanya dipahami, tetapi juga dipraktikkan oleh generasi penerus. Dengan adanya program ini, kami berharap adat istiadat ini akan terus tumbuh dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Aceh Utara," ujar T. Idris Thaib.
T. Idris Thaib menegaskan bahwa fokus utama dalam rencana kerja lima tahun ke depan adalah melakukan inventarisasi dan dokumentasi adat istiadat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi serta mendokumentasikan berbagai adat istiadat dan kearifan lokal di seluruh Aceh Utara.
"Dengan membangun database digital tentang adat Aceh Utara, program ini bertujuan memudahkan akses oleh masyarakat, akademisi, dan pemerintah, serta menjaga agar warisan budaya ini tetap terjaga dan dapat diakses di masa depan," katanya.
Dalam upaya Pendidikan dan Sosialisasi Adat, ia menyampaikan bahwa MAA Aceh Utara merencanakan untuk memasukkan kurikulum muatan lokal tentang adat istiadat Aceh di sekolah-sekolah.
"Kami juga akan memberikan pelatihan adat istiadat kepada generasi muda, tokoh masyarakat, dan aparat gampong. Program sosialisasi juga akan dilaksanakan melalui website MAA Aceh Utara,media sosial, film pendek, serta webinar untuk menjangkau lebih banyak masyarakat," ujarnya.
T. Idris Thaib menambahkan bahwa untuk revitalisasi tradisi adat, MAA Aceh Utara akan menghidupkan kembali tradisi-tradisi yang mulai pudar, seperti upacara adat perkawinan, kenduri blang, meugang, dan lainnya.
"Kami juga berencana mengadakan festival adat di tingkat kecamatan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya tradisional Aceh Utara serta memperkuat rasa kebersamaan dalam masyarakat," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya perlindungan hak adat. MAA Aceh Utara, menurutnya, akan memberikan advokasi serta fasilitasi penyelesaian sengketa berbasis hukum adat, serta menyusun qanun adat yang tetap relevan dengan perkembangan zaman namun tetap menjaga nilai-nilai tradisional Aceh Utara.
"Kami akan terus memperjuangkan hak-hak adat untuk dijaga dan dihormati oleh semua pihak," terangnya.
Sementara itu Wakil Ketua I MAA Aceh Utara Tgk. Muhammad Idris T, SE mengungkapkan pentingnya pengembangan bahasa, seni, dan budaya adat di Aceh Utara. MAA Aceh Utara, menurutnya, akan menggelar pelatihan seni tradisional seperti rapai, saman, seudati, seumapa, meurukon, hikayat, dan peuratep aneuk (dodaidi).
"Kompetisi seni budaya antar gampong juga akan dilaksanakan untuk mempromosikan kreativitas berbasis adat," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa MAA Aceh Utara berharap supaya lahir pusat seni dan budaya adat di setiap kecamatan.
Pria yang biasa disebut Tgk. Rateb ini juga menjelaskan bahwa kemitraan dan kolaborasi juga menjadi pilar penting dalam program MAA Aceh Utara.
"Kami akan menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan, pemerintah, serta masyarakat adat lainnya untuk mengembangkan adat Aceh Utara. Kami juga akan membentuk forum atau komunitas adat dan duta adat untuk memperkuat jaringan adat di Aceh Utara," katanya.
Di bidang kajian dan penelitian adat, Tgk. Rateb menyampaikan bahwa MAA Aceh Utara akan mendorong penelitian akademis mengenai adat istiadat di Aceh Utara, serta melakukan publikasi majalah kande MAA Aceh Utara, jurnal dan buku tentang nilai-nilai adat yang terkandung dalam budaya Aceh Utara.
"Kami akan terus berupaya mempublikasikan hasil penelitian tentang adat Aceh untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya," tambahnya
Ia juga menyoroti pentingnya penguatan kapasitas lembaga adat di tingkat gampong dan mukim.
"Kami memiliki rencana untuk mengadakan pelatihan kepemimpinan adat bagi tokoh adat serta penguatan peran lembaga adat sebagai pelaksana adat di masyarakat," ujar Mantan Kepala Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Utara. .
Tgk. Rateb juga mengungkapkan bahwa MAA Aceh Utara merencanakan pengembangan destinasi wisata budaya yang menampilkan kehidupan adat masyarakat Aceh Utara.
"Kami akan mengintegrasikan adat istiadat dalam ekowisata dan wisata sejarah untuk meningkatkan daya tarik wisata dan memperkenalkan budaya Aceh Utara kepada dunia luar," ujarnya.
Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi adat, ia menambahkan bahwa MAA Aceh Utara akan memberikan penghargaan kepada tokoh adat dan masyarakat yang aktif melestarikan adat istiadat.
"Kami juga akan mengadakan kompetisi inovasi adat bagi generasi muda untuk menumbuhkan semangat kreativitas dalam pelestarian adat," katanya.
Selain program-program strategis tersebut, menurut Wakil Ketua II MAA Aceh Utara Tgk. Ismail bahwa MAA Aceh Utara memiliki komitmen untuk memperkuat pelestarian dan pengembangan kebudayaan Aceh Utara melalui beberapa inisiatif penting lainnya. Di antaranya adalah promosi motif khas Aceh Utara sebagai identitas wajib yang akan diatur melalui qanun bangunan gedung, untuk memastikan bahwa setiap pembangunan di daerah ini mencerminkan nilai dan estetika budaya lokal. Ia juga mengungkapkan bahwa MAA mendukung percepatan pembangunan Tugu Pase di Lhoksukon dan sekitarnya, dengan dukungan dana dari Bank BSA dan Bank BSI, yang diharapkan dapat menjadi simbol kebanggaan dan daya tarik wisata budaya.
Dalam upaya menjaga dan melestarikan sejarah, pengurus MAA Aceh Utara siap berjuang untuk advokasi status Samudera Pasai sebagai cagar budaya nasional, sebagai bentuk pengakuan atas peran pentingnya dalam sejarah peradaban Islam.
Tak kalah penting, pengurus juga berencana membentuk komunitas sejarah Kucinta Pasee yang akan menjadi wadah bagi para pencinta sejarah untuk berbagi pengetahuan dan menghidupkan kembali sejarah Aceh Utara. Dalam rangka pengembangan seni tradisional, MAA Aceh Utara juga akan mengadakan pelatihan khadam nisan dan seni tradisi lainnya, agar keterampilan ini tidak punah dan tetap hidup di kalangan generasi muda.
Melalui serangkaian program strategis ini, Tgk. Ismail dan seluruh pengurus MAA Aceh Utara berkomitmen untuk memperkuat identitas budaya Aceh Utara, melestarikan adat istiadat, serta memastikan peran adat tetap relevan dalam kehidupan modern masyarakat Aceh Utara.
Program-program ini diharapkan dapat menghidupkan kembali dan memperkenalkan kekayaan budaya Aceh Utara, menjadikan adat sebagai pedoman hidup dalam menjaga keharmonisan sosial, serta membangun masyarakat yang berakar pada kearifan lokal. [Muhammad Hatta]