Bireuen -- Kementerian Agama Kabupaten Bireuen melalui Ikatan Penyuluh Agama Islam (IPARI) menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas Penyuluh Agama Islam dengan tema Mencegah Bullying di Sekolah.
Acara yang berlangsung di Balai KUA Kota Juang, Selasa, (3/ 12/2024) ini dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bireuen dan dibuka secara resmi oleh Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Iskandar, S.HI.
Dalam sambutannya, Iskandar menekankan, bullying bukan sekadar masalah sosial, melainkan juga tantangan moral yang membutuhkan penanganan serius.
“Sebagai penyuluh agama, kita tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga berperan dalam membangun karakter generasi muda yang tangguh dan berempati. Bersama, kita dapat menjadi bagian dari solusi untuk menghentikan bullying di sekolah,” ujar Iskandar.
Ia juga berharap agar para penyuluh dapat menjadi agen perubahan yang aktif dan inspiratif di lingkungan pendidikan.
Sesi pertama diisi oleh Munizar M. Arby, M.Psi, Psikolog, yang menyampaikan materi bertajuk Bersama Mencegah Bullying.
Dalam paparannya, Munizar menyoroti pentingnya kerja sama antara guru, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari bullying.
Ia memberikan pemahaman tentang aspek psikologis korban dan pelaku bullying, serta mendorong para peserta untuk membangun budaya sekolah yang inklusif dan mendukung semua pihak.
Sesi kedua menghadirkan Ulya Bilmuna dari Forum Anak Bireuen yang menyampaikan materi Teman Baik Bukan Pembully.
Ulya menyampaikan perspektif anak muda tentang pentingnya membangun persahabatan yang sehat dan positif.
Ia mengajak peserta untuk menjadi role model yang menginspirasi generasi muda agar menjauhi tindakan bullying dan menciptakan lingkungan pertemanan yang harmonis.
Acara ditutup dengan sesi Simulasi Peran Anti-Bullying yang dipandu oleh Syahrati, M.Si. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk berperan aktif dalam simulasi berbagai situasi terkait bullying. Simulasi ini dirancang agar peserta dapat memahami langkah-langkah intervensi yang tepat serta mampu mengimplementasikannya secara efektif di lapangan.
Ketua IPARI Bireuen, Drs. Muzakir, memberikan apresiasi tinggi atas antusiasme para peserta. “Kami bangga melihat semangat para penyuluh agama dalam berkontribusi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas dari bullying. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang signifikan untuk menjadikan penyuluh agama sebagai pilar utama dalam membangun generasi yang bermoral dan berempati,” ujarnya.
Muzakir juga menggarisbawahi pentingnya kesinambungan program serupa untuk mencapai dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.
Kegiatan ini ditutup dengan deklarasi komitmen bersama dari para peserta untuk terus mengampanyekan gerakan anti-bullying di sekolah-sekolah. Dengan semangat kolaborasi, para penyuluh agama siap menjadi garda terdepan dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman, damai, dan penuh kasih sayang. [Sayed M. Husen]