Oleh: Ir. Muhammad Hatta, SST. MT. CPS. CPPS. CMPS. CCLS. CTRS. CCHS*)
Di ujung pulau Sumatera, dalam keheningan yang menyimpan kisah-kisah abadi, terhampar Pase, atau Samudera Pasai, di Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Sebuah permata berharga yang memancarkan cahaya warisan peradaban Islam, kaya akan tradisi dan sejarah yang menggetarkan jiwa. Di bumi Malikussaleh ini, setiap sudutnya berbicara, menggugah rasa ingin tahu akan akar dan makna kehidupan yang telah terukir di tanah yang subur ini.
Sejak abad ke-13, Pase telah menjadi pusat penyebaran agama, ilmu pengetahuan, dan budaya di Nusantara dan Asia Tenggara. Dikenal sebagai jendela yang menghubungkan dunia, ia menyimpan segudang cerita dari perjalanan sejarah yang mengesankan.
Saat ini, ada kesempatan untuk menghidupkan kembali keagungan dan pesona bumi Malikussaleh, menjadikannya sebagai pusat peradaban Islam di Nusantara dan Asia Tenggara, pariwisata islami yang berdaya saing, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pembangunan yang berkelanjutan.
Pase bukan sekadar tempat di peta; ia adalah saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban Islam yang melibatkan ulama, pedagang, dan raja-raja. Setiap sudutnya menyimpan peninggalan bersejarah yang menunggu untuk diceritakan, mengajak setiap pengunjung untuk menyelami sejarah dan budaya yang telah mengakar.
Ketika menggali lebih dalam, ditemukan kekayaan spiritual dan intelektual yang telah membentuk identitas sebagai bangsa. Warisan ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan, sebuah jembatan yang menghubungkan generasi demi generasi, menyalakan semangat kebangkitan dan harapan baru bagi kesejahteraan yang berkelanjutan.
Mengamati Malaka, Malaysia, yang telah tumbuh menjadi destinasi wisata unggulan, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik, terutama dalam hal dampak ekonomi terhadap masyarakat dan pemerintah. Malaka telah berhasil mengubah warisan sejarah dan budaya menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan jutaan pengunjung setiap tahunnya, sektor pariwisata di Malaka telah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal di berbagai bidang seperti perhotelan, kuliner, transportasi, kerajinan tangan dan lain-lain. Setiap program wisata dan festival budaya tidak hanya meningkatkan kesadaran akan kekayaan tradisi, tetapi juga mendukung ekonomi kreatif lokal, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi.
Bagi pemerintah, keberhasilan Malaka dalam menarik wisatawan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Pajak pariwisata, retribusi, serta peningkatan investasi di sektor perhotelan dan transportasi menjadi sumber pemasukan utama yang memungkinkan pembangunan infrastruktur publik yang lebih baik.
Selain itu, pemerintah Malaka telah mampu memperluas basis ekonomi melalui pariwisata, yang pada gilirannya mendiversifikasi sumber pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tradisional. Dengan memanfaatkan kekayaan sejarah sebagai modal utama, Malaka berhasil mengubah potensinya menjadi mesin ekonomi yang tidak hanya menguntungkan pemerintah, tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal.
Model pengelolaan Malaka ini bisa menjadi inspirasi bagi pengembangan bumi Malikussaleh, di mana warisan sejarahnya juga memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat dan memberikan dampak positif bagi pembangunan daerah.
*Menggali Potensi Pariwisata Islami di Bumi Malikussaleh*
Bumi Malikussaleh memiliki aset yang sangat berharga, termasuk peninggalan sejarah seperti makam Malikussaleh dan situs-situs bersejarah lainnya. Dengan rencana pengembangan yang matang, kawasan ini dapat menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin memahami akar sejarah Islam di Nusantara. Menghadirkan rute wisata sejarah yang terorganisir dengan baik akan menjadi langkah awal untuk menjadikan peninggalan sejarah tidak hanya sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai medium untuk menceritakan kekayaan budaya dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Dengan cara ini, setiap pengunjung akan merasakan kedalaman makna yang melampaui sekadar perjalanan fisik, menyelami jiwa dan warisan yang telah membentuk identitas bumi ini.
Pemerintah Aceh dan Pemerintah Aceh Utara dapat berperan aktif dalam pengembangan ini dengan menciptakan program-program yang mengedepankan atraksi berbasis sejarah, sebagaimana festival yang diadakan di Malaka. Mengadakan festival tahunan yang menampilkan budaya lokal, seni dan tradisi Islami, pameran kerajinan tangan, serta atraksi lainnya akan menarik minat wisatawan. Dengan dukungan promosi yang kuat, atraksi-atraksi ini tidak hanya berpotensi mendatangkan pengunjung, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Selain itu, merawat dan melestarikan situs-situs bersejarah serta pusaka peninggalan Kerajaan Samudera Pasai harus menjadi prioritas utama. Pemugaran makam, monumen, dan museum yang berhubungan dengan sejarah Samudera Pasai, serta pemeliharaan lingkungan di sekitarnya, akan memberikan kesan mendalam bagi para pengunjung. Dengan pengelolaan yang baik, situs-situs bersejarah ini bisa berfungsi sebagai pusat edukasi sejarah Islam di Nusantara, sekaligus memperkuat identitas budaya dan spiritual masyarakat lokal.
Langkah ini juga penting dalam menjaga warisan agar tetap utuh dan lestari, memberikan pengalaman wisata yang autentik dan bermakna bagi generasi mendatang, serta mendorong perkembangan ekonomi kreatif yang berbasis budaya dan sejarah.
*Membangun Infrastruktur yang Anggun dan Berdaya Saing*
Penting bagi pemerintah untuk menciptakan infrastruktur yang tak hanya berfungsi, tetapi juga anggun dan harmonis dengan keindahan alam bumi Malikussaleh. Apabila fasilitas dan infrastruktur di kawasan Samudera Pasai telah memenuhi standar yang sangat memadai, dengan ruang terbuka hijau yang sejuk, fasilitas umum yang memadai, tempat ibadah yang nyaman, area parkir yang teratur, pusat kuliner yang menggugah selera, serta tempat penjualan cinderamata dan fasilitas pendukung lainnya, maka pengelolaan kawasan bersejarah ini akan menjadi lebih terstruktur dan terarah.
Mengambil inspirasi dari Malaka, yang telah menciptakan sistem transportasi wisata yang efisien dan ramah lingkungan, merupakan panduan yang bijak. Dengan dukungan infrastruktur yang kokoh dan estetik, wisatawan akan merasa lebih nyaman dan terlayani dengan baik, memungkinkan untuk sepenuhnya meresapi kekayaan sejarah dan budaya yang ditawarkan oleh kawasan ini.
Sungai yang membelah bumi Malikussaleh, jika dimanfaatkan sebagai jalur transportasi wisata, akan menghadirkan pengalaman mendalam yang tak terlupakan bagi pengunjung. Perahu tradisional yang berlayar lembut di atas air dapat menjadi salah satu ikon wisata baru di Samudera Pasai, menawarkan keindahan panorama dan kedamaian yang hanya bisa ditemukan di alam.
Mengalirkan Sungai Geudong hingga mencapai Monumen Islam Samudera Pasai akan membuka peluang bagi jalur transportasi air yang serupa dengan konsep wisata sungai di Malaka. Perahu-perahu wisata dapat mengantarkan pengunjung menyusuri jejak-jejak sejarah peradaban Islam, sambil menikmati pesona pemandangan dan budaya lokal. Langkah ini akan menambah daya tarik kawasan serta memberikan alternatif transportasi yang unik dan ramah lingkungan, sekaligus memperkaya pengalaman wisata di bumi Malikussaleh.
Inovasi yang bisa diterapkan adalah pengaturan lalu lintas di sekitar situs-situs bersejarah. Kendaraan pribadi tidak diperkenankan memasuki area inti seperti makam Malikussaleh, Museum Samudera Pasai, dan Monumen Islam Samudera Pasai. Sebagai gantinya, wisatawan akan diarahkan ke area parkir yang telah disediakan di luar kawasan bersejarah. Dari sana, pengunjung dapat menggunakan becak wisata yang menggemakan budaya lokal, menuju situs-situs yang sarat makna.
Penyediaan becak wisata ini tidak hanya memperkuat interaksi antara pengunjung dan masyarakat setempat, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi penduduk sekitar. Wisatawan akan merasakan pengalaman perjalanan yang lebih autentik, sekaligus berkontribusi dalam menjaga kelestarian kawasan bersejarah yang kaya akan nilai.
Dengan infrastruktur yang dibangun dengan cinta dan ketulusan, Samudera Pasai akan bangkit sebagai destinasi yang memukau, menjelma menjadi pusat peradaban yang menyebarkan pesona Islam ke seluruh dunia. Ketika pengunjung datang berbondong-bondong, geliat ekonomi akan berdenyut penuh kehidupan, menciptakan peluang melimpah bagi semua pihak, serta menghidupkan kembali harapan akan kesejahteraan di tengah bumi yang kaya akan sejarah ini.
*Membangkitkan Ekonomi Kreatif dan Mengurangi Kemiskinan*
Dengan mengangkat Pase sebagai pusat pariwisata islami, harapan untuk meningkatkan ekonomi lokal pun terbuka lebar. Pemberdayaan masyarakat harus menjadi inti dari pengembangan ini. Dengan melibatkan penduduk lokal dalam setiap aspek pariwisata, mulai dari pemandu wisata hingga penyedia layanan kuliner, dapat tercipta lapangan kerja yang berkelanjutan. Setiap pelatihan keterampilan dan workshop bukan hanya meningkatkan kapasitas, tetapi juga memberikan peluang untuk mandiri dan berkontribusi pada perekonomian.
Inisiatif ini akan berdampak langsung pada pengurangan angka kemiskinan. Ketika masyarakat sejahtera, mereka tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada. Dengan penghasilan yang stabil, masyarakat akan lebih mampu menjaga situs-situs bersejarah dan lingkungan, menciptakan siklus positif bagi generasi mendatang.
*Kesimpulan: Menuju Masa Depan Cerah untuk Bumi Malikussaleh*
Bumi Malikussaleh sebagai jendela dunia Islam menyimpan potensi luar biasa untuk menjadi pusat peradaban, pariwisata, dan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan pengelolaan yang bijaksana dan dukungan yang konsisten dari semua pihak, serta keterlibatan aktif masyarakat, bumi Malikussaleh bisa menjadi contoh nyata bagaimana warisan sejarah dapat dihidupkan kembali untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Kini saatnya mengusulkan agar pengembangan Samudera Pasai menjadi program prioritas utama bagi gubernur dan wakil gubernur Aceh terpilih di 2025-2030.
Saat ini, pengunjung yang hadir di Samudera Pasai adalah wisatawan lokal, dari Aceh, luar provinsi, Malaysia, Brunei Darussalam, negara-negara Asia Tenggara, serta beberapa negara lainnya. Namun, fasilitas yang ada masih minim. Kuliner, ruang terbuka hijau, dan kerajinan tangan hampir tidak ada. Dengan pengembangan yang tepat, jumlah kunjungan dapat meningkat pesat.
Ketika pengembangan Samudera Pasai telah mencapai puncaknya, sebuah gagasan cemerlang dapat dihadirkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Mewajibkan siswa dari semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga pesantren, kampus, serta perangkat desa di seluruh Kabupaten Aceh Utara,serta mendorong partisipasi BUMN, BUMD, sektor swasta, instansi vertikal, dan pemerintah daerah untuk mengunjungi kawasan bersejarah ini setiap tahun adalah langkah yang berharga.
Program ini tak hanya akan mendidik generasi muda tentang akar sejarah dan kekayaan budaya yang terpendam, tetapi juga menanamkan rasa memiliki yang mendalam terhadap warisan yang ada. Dengan setiap langkah yang diayunkan di tanah bersejarah ini, mereka akan merasakan denyut nadi sejarah, seolah terikat oleh benang merah yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Melalui kunjungan ini, harapan akan terbentuk, generasi yang mencintai dan menjaga warisan budaya, serta kolaborasi berbagai pihak yang membangun jembatan antara sejarah dan peradaban yang lebih cerah.
Mari bersama-sama menanam benih di Pase, agar kelak tumbuh subur, menjadi taman peradaban yang menyebarkan benih harapan dan kebersamaan bagi semua. []
Publisher: Hamdani
*) Penulis adalah Admin WAG The Light From Pase dan Ketua Forum Humas Politeknik Negeri se-Indonesia