Oleh : Muhammad Nizarullah*)
"...Dakwah Islam yang menyerukan keesaan Allah Swt. dan kesetaraan manusia dianggap mengancam struktur sosial dan ekonomi masyarakat Mekkah kala itu..."
Suatu malam di Kota Mekkah, Rasulullah saw. berniat hijrah ke Kota Yatsrib (Madinah) bersama sahabatnya, Abu Bakar As-Siddiq ra. Rencana Nabi diketahui oleh kelompok Quraisy, mereka merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah.
Beliau tentu tak tinggal diam, startegi mulai diluncurkan dengan meminta Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat Nabi agar bisa mengelabui kelompok kafir Quraisy.
Bertahun-tahun sebelumnya, Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya menghadapi berbagai tekanan dan ancaman dari kaum kafir Quraisy di Mekkah.
Dakwah Islam yang menyerukan keesaan Allah Swt. dan kesetaraan manusia dianggap mengancam struktur sosial dan ekonomi masyarakat Mekkah kala itu. Situasi ini semakin memburuk setelah wafatnya pelindung Nabi, Abu Thalib sang paman dan istri tercinta, Khadijah.
Perjalanan hijrah penuh dengan tantangan dan risiko. Nabi memerintahkan kelompok kecil untuk lebih dulu meninggalkan kota Mekkah. Sedangkan Nabi Muhammad ditemani oleh sahabat setianya, Abu Bakar As-Siddiq menyusul kelompok itu dengan menempuh rute yang tidak biasa dilalui untuk menghindari pengejaran kaum kafir Quraisy. Arah selatan (Yaman).
Mereka bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Yatsrib. Laba-laba yang ditugaskan Allah untuk menenun jaring di mulut gua dan merpati yang bersarang di sana menyamarkan keberadaan Nabi dan Abu Bakar.
Hal ini menunjukkan besarnya perlindungan Allah yang senantiasa menyertai mereka yang berjuang di jalan-Nya.
Selain merancang strategi yang cerdas, Nabi juga menyewa seorang guide yang berpengalaman untuk menunjukkan rute ke Yatsrib. Beliau juga membeli unta yang bugar untuk dijadikan tunggangan menuju kota itu. Putra Abu Bakar, Abdullah ditugaskan oleh Nabi menjadi inteligen untuk memantau situasi dan melaporkan perkembangan kepada Rasulullah dan ayahnya.
Bukan hanya itu, untuk menutupi jejak Abdullah, juga ditugaskan Amir bin Fuhairah untuk menggembala kambing di daerah yang dilalui Abdullah. Suatu langkah yang sangat gemilang.
Di sisi lain, bertempat di kota Mekkah. Kaum Quraisy yang mengetahui rencana nabi untuk meninggalkan Mekkah segera menghampiri kediaman Nabi dan mendobrak pintu. Yang mereka dapati di balik selimut itu adalah Ali bin Abi Thalib.
Bergegas mereka lari dan mencari keberadaan nabi. Namun Allah sudah lebih dulu menyelamatkan Rasulullah dan sahabatnya. Kafir Quraisy mengumumkan kepada penduduk Mekkah untuk menangkap Rasulullah dengan imbalan 100 ekor unta.
Karena imbalan yang sangat besar itu, Suraqah, seorang pemburu yang terkenal dari suku Mudlij sangat bersemangat dalam mencari Rasulullah dan sahabatnya. Hingga ia terperosok dalam jurang, semakin ia bangkit dari keterpurukannya, semakin susah untuk bangun. Terbersit dalam hatinya, sosok yang sedang dikejarnya bukan orang biasa, Ia dilindungi. Suraqah putus asa dan pulang dengan tangan kosong.
Setelah perjalanan yang menegangkan selama delapan hari, Nabi Muhammad saw. tiba di Quba, pinggiran Madinah, pada 12 Rabi'ul Awal. Beliau membangun masjid pertama di sana sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat Madinah.
Tiba di Madinah
Rasulullah dan rombongan tiba di Yatsrib dengan sambutan yang gegap gempita. Mereka disambut gembira oleh penduduk setempat. Banyak dari kaum wanita dan anak-anak membacakan syair untuk menyambut kedatangan Baginda Rasul.
Kedatangan Nabi membawa dampak positif yang sangat besar bagi penduduk Yatsrib, Beliau tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Beliau meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat yang harmonis melalui Piagam Madinah, sebuah konstitusi tertulis pertama yang menjamin hak-hak dan kewajiban seluruh penduduk Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim.
Hijrah Nabi menjadikan ajaran Islam berkembang pesat.
Wahyu-wahyu yang diturunkan di Madinah lebih banyak berbicara tentang hukum dan tata cara bermasyarakat, melengkapi ajaran-ajaran akidah yang lebih dominan pada periode Mekah. Islam mulai tumbuh dari sebuah komunitas kecil menjadi kekuatan politik dan spiritual yang signifikan di jazirah Arab.
Perintah Hijrah diturunkan oleh Allah Swt. Termaktub dalam Q.S. Al-Baqarah (218)
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah perjanjian Aqabah kedua, Allah juga memerintahkan Nabi untuk berhijrah melalui (Q.S. Al-Hajj: 39).
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu." (QS. Al-Hajj: 39).
Sejak Hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, menandakan titik awal penentuan kalender Hijriah. Menjadikannya pilar utama dalam perayaan tahun baru Islam. Hal ini menjadi tonggak penting dalam peradaban Islam. Bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan juga menjadi simbol perubahan paradigma dan strategi dakwah Islam yang fundamental.
Penetapan peristiwa Hijrah sebagai awal tahun baru Islam terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 M (16 H).
Keputusan ini diambil untuk menciptakan sistem penanggalan yang khas bagi umat Islam, terlepas dari sistem penanggalan yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain. Pemilihan peristiwa Hijrah sebagai titik awal bukan tanpa alasan. Hijrah dianggap sebagai momen yang menentukan dalam sejarah Islam, menandai transisi dari fase perjuangan yang penuh tantangan di Mekah menuju fase pembangunan peradaban Islam di Madinah.
Peristiwa ini menandai awal dari eksistensi umat Islam sebagai komunitas yang mandiri. Tanggalnya lebih mudah ditentukan dibandingkan peristiwa-peristiwa penting lainnya dalam sejarah Islam. Juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Kalender Hijriah menggunakan sistem lunar (bulan) dengan 12 bulan dalam setahun. Setiap bulan dimulai dengan penampakan bulan sabit baru (hilal). Tahun baru Islam jatuh pada tanggal 1 Muharram.
Peristiwa Hijrah bukan hanya catatan sejarah masa lalu, tetapi juga inspirasi yang terus relevan bagi umat Islam di sepanjang zaman. Sebagai pilar tahun baru Islam, Hijrah mengingatkan kita akan perjuangan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menegakkan ajaran Islam.
Lebih dari itu, Hijrah adalah simbol perubahan dan perbaikan diri yang senantiasa harus diupayakan oleh setiap Muslim. Dalam merayakan tahun baru Hijriyah, umat Islam diajak untuk menghayati kembali semangat HijrAlumni S1 Manajemen Dakwah di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.ah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, demi mencapai kehidupan yang lebih baik secara individual maupun sosial. []
Editor: Hamdani
*) Penulis adalah Alumni S1 Manajemen Dakwah di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pekerjaan penulis saat ini sebagai guru di Dayah Jeumala Amal.