Widyaprada pada Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Aceh Tgk. Mulyadi M. Ramli, S.Pd.I, M.Pd. (Foto/Ist)
Aceh Besar -- Semua orang muslim yang normal pasti merindukan di akhir hidupnya menjadi orang yang baik dan dimudahkan masuk surga.
Karena surga adalah puncak kenikmatan dan harapan setiap muslim dalam kehidupan di akhirat nanti. Memasuki surga tentu saja bukan sesuatu yang gratis dan mudah diperoleh.
Bayak dalil yang menjelaskan keindahnya surga, sehingga jiwa dan pikiran manusia sulit menggambarkan kenikmatan tersebut yang bisa dirasakannya di dunia.
Widyaprada pada Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Aceh Tgk. Mulyadi M. Ramli, S.Pd.I, M.Pd menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Jamik Silang Rukoh Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, pada Jumat, (26/04/2024).
“Allah Swt telah memerintahkan kita untuk bersegera menuju kepada ampunan-Nya. Tentunya dengan bertaubat Allah akan mengampuni segala dosanya, namun demikian, bila seseorang terlambat untuk bertaubat sejak masih muda, lalu ketika sudah renta, lemah dan sakit-sakitan, baru tergerak untuk bertaubat, tentu tetap masih ada kesempatan,” ungkap alumni Dayah BUDI Lamno ini.
Tgk. Mulyadi menambahkan, pintu taubat belum lagi ditutup, selama ajal masih dikandung badan dan selama matahari belum terbit dari barat (kiamat).
Dengan banyak bertaubat kepada Allah, seorang muslim pantas saja mengharapkan surga-Nya yang digambarkan seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi orang yang bertaqwa.
“Tentunya kita yang baru selesai malaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka bertaubat memohon ampun dari segala dosa pasti tergolong yang yang bertaqwa yang disediakan surga oleh Allah,” ujarnya.
“Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyaknya dengan pemberian orang miskin,” tegasnya.
Kedua, orang yang menahan amarahnya. Ketika kemarahan memperngaruhi mereka, mereka menahannya, yaitu, mereka menyembunyikannya sehingga mereka tidak menampakkannya, dan memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat jahat kepadanya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat, sehingga apabila dia sadar pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Orang yang benar-benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya pada waktu sedang marah.
Ketiga, orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
Keempat, orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa, maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.
“Keempat sifat tersebut telah kita laksanakan selama bulan Ramadhan yang lalu. Kita selalu menafkahkan harta kita di jalan Allah dengan banyak mengeluarkan nafakah untuk keluarga, bersedekah dalam banyak hal apalagi berderma saat hari raya serta mengeluarkan zakat fitrah. Selama ibadah puasa kita juga selalu menjaga amarah agar pahala ibadah puasa kita terpelihara. Di akhir Ramadan atau di hari raya kita sudah saling memaafkan antar sesama dan sudah banyak berbuat baik dengan sesama,” tambahnya.
Tgk. Mulyadi mengharapkan, sifat-sifat cerminan orang bertaqwa yang telah kita bina kiranya dapat kita pertahankan selamanya agar kita istiqamah dengan ketaqwaan, sehingga kalaupun ajal tiba kita meninggalkan dunia fana ini, kita akan disediakan surga oleh Allah.
“Semoga kita semua dimasukkan kedalam surga yang kekal abadi,” harap alumni UIN Ar-Raniry ini. [Sayed M. Husen]