Aceh Besar -- Keistimewaan bulan Rajab terletak pada peristiwa besar Israk dan Mi’raj Rasulullah Saw. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab tahun 10 kenabian atau 620 Masehi). Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha.
Ketua Yayasan Nurun Nabi, Ustaz Jamhuri Ramli, SQ, MA menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jum'at di Masjid Jamik Buengcala Kecamatan Kuta Baro, pada Jumat, (12/01/2024).
Menurut Ustaz Jamhuri, bulan Rajab memiliki keutamaan lebih di atas bulan-bulan pada umumnya. Ia adalah momen untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah (taqarrub ilallâh) maupun perbuatan baik (amal saleh) kita kepada sesama.
Ustaz Jamhuri menguraikan, dari peristiwa Israk dan Mi’raj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima waktu. Maka, dengan semangat memasuki bulan Rajab, kita jadikan momentum ini untuk menjaga dan meningkatkan kualitas shalat, dengan melaksanakan shalat tepat waktu dan secara berjama'ah.
"Begitu agungnya perintah salat, sehingga Rasulullah Saw bersabda, perkara yang pertama sekali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk," paparnya.
“Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Disebut bulan haram, karena pada bulan-bulan tersebut pahala ibadah umat Islam dilipatgandakan oleh Allah Swt,” tegas Imam Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini.
Ustaz Jamhuri menambahkan, memang ada beberapa hadits yang dikategorikan dhaif yang menjelaskan secara eksplisit tentang gambaran pahala amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab. Namun demikian, bukan berarti tidak ada keutamaan menjalankan ibadah, misalnya puasa, dalam bulan Rajab.
Justru puasa menjadi istimewa, karena dilakukan pada bulan istimewa. Hanya saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, hanya Allah yang tahu. Tugas hamba adalah menghambakan diri kepada Allah dan seyogyanya murni beribadah demi mengharapkan ridha Allah Swt.
“Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan, bahwa Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah, di samping Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum, di samping Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram,” pungkasnya. [Sayed M Husen]