Aceh Besar -- Di negeri ini, terlalu banyak tukang bicara, sehingga masalah tidak ada yang terselesaikan dan bahkan malah diperdebatkan dalam diskusi di depan publik, disorot di media dengan konsepnya yang hebat, tapi hasilnya nol besar. Justru yang muncul dari situ hanya orang-orang yang pandai bicara, jago teori tanpa eksekusi, maka setiap tahun selalu saja masalah yang sama muncul lagi dan muncul lagi tanpa final yang berarti.
Pimpinan Dayah Mini Aceh, Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc, MA menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Jamik Baitul Ahad Kemukiman Siem, Kecamatan Darussalam, Jumat, (17/11/2023).
“Sudah menjadi suatu tontonan di zaman canggih ini, orang lebih banyak bicara konsep daripada kerja nyata, lebih banyak argumen daripada eksperimen, suka membuat sensasi di atas sensasi, disebabkan terlalu banyak bicara tanpa kerja,” ujarnya.
Ketua Tastafi Banda Aceh ini menunjukkan fakta, di berbagai webinar, zoom meeting, apalagi di televisi, semua bisa dibicarakan dengan mudah ditambah lagi sedikit dengan retorika, plus gaya bicara. Kesannya luar biasa, membius para pendengar dan pemirsa tercengang. Itulah fakta dunia saat ini, mulai dari yang bawah sampai ke level tingkat tinggi. Semuanya tukang bicara.
Manurut Umar Rafsanjani, tukang bicara sering lupa bahwa tidak ada satu pun masalah di dunia ini yang kelar karena dibicarakan. Tidak pula ada persoalan rampung karena sebatas bicara apalagi ditambah hoaks, fitnah, dan ghibah. Karena faktanya, tukang bicara itu ya hanya pandai bicara, tapi tidak pandai berbuat, bicara begini-begitu, tapi sedikit sekali dalam eksekusi, sehingga publik terkecoh seolah olah apa yang dibicarakan sama dengan apa yang diperbuat, padahal bisa jadi itu semuanya hanya omong kosong.
“Karena itu berhati-hatilah. Jangan jadi tukang bicara. Hindari banyak cakap, karena khawatir tukang bicara itu makin banyak bicara makin banyak salah, karena mereka sedang memperjuangkan mimpi-mimpi mereka, lalu lupa kepada benar dan salah seumpama orang-orang yang hidup dalam harapan, bukan kenyataan, seperti yang hidup di negeri fantasi bukan di negeri realiti,” urainya.
Di bagian akhir khutbah, Umar Rafsanjani mengingatkan, bahwa Allah Sawt mengancam dan membenci orang-orang yang hanya bicara, tapi lupa kepada praktik kerja atau beramal. [Sayed M. Husen]