Aceh Besar -- Saling serang satu sama lain, saling berbuka aib, mencela, dan bahkan mencaci maki dengan bahasa-bahasa kotor dan keji tidak sepantasnya diucapkan di depan publik dan dipublikasi ke berbagai media. Untuk itu, fenomena ini harus dihindari dan bahkan dihentikan.
Pimpinan Dayah Darul Fityan Banda Aceh Dr. Tgk. Jamaluddin Thaib, MA menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Babul Maghfirah Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, (27/10/2023).
Karena itu, urai Tgk Jamaluddin, patut menjadi keprihatinan seraya mengajak semua pihak untuk segera menghentikan pertengkaran-pertengkaran yang tidak berguna, sebab hal itu bukanlah perilaku mulia sebagaimana yang diajarkan oleh Islam dan Rasulnya. Kondisi ini dikhawatirkan menjadi hal yang biasa dan akan diikuti oleh generasi berikutnya.
Salah satu nikmat Allah yang Allah titipkan pada manusia adalah lisan atau lidah. Lidah merupakan sepotong daging yang elastis dan lembut yang menjadi sarana utama untuk berbicara, menyampaikan keinginan dan juga penolakan. Bisa mencicipi makanan dan bisa merasakan segarnya minuman.
Bisa membuat bahagia dan bisa membahagiakan, tapi lisan juga bisa berbahaya, bisa menyakiti, mencelakai dan bahkan bisa membunuh satu sama lain, serta juga bisa menjerumuskan seseorang untuk masuk neraka.
“Betapa banyak orang yang telah bahagia dengan lisan, tapi betapa banyak pula orang yang celaka karena lisan,” tegas Ketua Yayasan Rumoh Bina Aneuk Nanggro ini.
Kutipnya, Imam Al-Haddad mengatakan, lisan merupakan nikmat Allah yang terbesar yang di dalamnya terdapat kebaikan dan manfaat yang besar bagi siapa saja yang menjaganya dan menggunakannya sesuai dengan fungsi diciptakan, namun juga terdapat keburukan dan bahaya yang besar bagi siapa saja yang tidak menjaganya dan salah dalam pemanfaatannya. Karena itu, Islam mengingatkan umatnya agar berhati-hati dalam penggunaan lisan.
Tgk Jamaluddin menjelaskan, banyak hal yang harus dijaga dengan lisan, pertama, menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan bermutu, karena hal itu akan membuat hati jadi keras dan akan menjadi orang-orang yang gagal dalam hidup.
Kedua, tidak berdusta. Berdusta adalah mengatakan sesuatu tanpa kebenaran di dalamnya. Berdusta atau kadzab merupakan sifat yang tercela dan besar bahayanya.
Ketiga, tidak mengghibah. Ghibah adalah menggunjing atau membicarakan keburukan dan aib orang lain (menggosip).
“Dosa ghibah tidak hanya berlaku pada yang menggunjingnya, pendengarnya pun juga akan mendapat dosa yang sama,” tegas Tgk Jamaluddin.
Dia menambahkan, keempat adalah tidak mengejek dan mencela. Melecehkan, memaki, dan saling membuka aib antara satu dengan lainnya di depan umum, baik sesama muslim maupun kepada yang non muslim sekalipun, dengan menulis di medsos, merekam, membuat video ejekan, saling berbalas, lalu di upload di medsos dan berbagai sarana media lainnya.
“Karena itu, kita harus menjaga lisan dengan baik dan disiplin, yang dalam konteks sekarang kita harus mengendalikan diri dalam mengelola media sosial, sehingga tidak memfitnah dan saling serang. Media sosial dan lisan dapat kita manfaatkan semaksimalkan mungkin untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran,” pungkasnya. [Sayed M. Husen]