Aceh Utara - Sejumlah dosen Poltekkes Kemenkes Aceh Prodi Kebidanan Aceh Utara dalam upaya pencegahan stunting melakukan inovasi yang hebat, yakni dengan menggunakan syair berbahasa Aceh. Hal ini dilakukan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, seperti yang diungkapkan Ketua timnya Aida Fitriani, SST., M.Keb pada media ini Senin, (09/10/2023).
"Berdasarkan data kementerian kesehatan dalam Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Provinsi Aceh menempati urutan ketiga dalam Prevalensi balita underweight (berat badan menurut umur), yaitu dalam angka 24,3, berada di bawah provinsi NTT dan Sulawesi Tengah, dan berada jauh dari angka rata-rata nasional di angka 17,1. Hal ini memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak," kata Aida.
Menurutnya, upaya keras serentak dan intensif telah dilakukan pemangku kepentingan di Aceh, berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh nomor 14 tahun 2019 tentang pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh, yang menjadi panduan, arah, dan acuan dalam semua program penanganan stunting di Aceh.
"Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi," terang Aida didampingi anggota timnya Yenni Fitri Wahyuni, S.Si.T., M.K.M.
Menurut Aida, stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
"Stunting merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi gizi kurang, biasanya terjadi pada waktu yang lama dan memerlukan pemulihan yang lama pula pada anak yang memiliki tumbuh kembang terganggu untuk pulih kembali," ujar Aida.
Untuk itu menurut Aida, Poltekkes Kemenkes Aceh, sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan, turut terpanggil untuk berperan serta dalam program penanganan stunting di Aceh.
"Salah satu program yang dilaksanakan adalah program pengabdian masyarakat, yang dilaksanakan di Desa Lancok Kecamatan Bayu Kabupaten Aceh Utara," ungkapnya.
Menurutnya, ada yang istimewa pada program pengabdian masyarakat ini, demi meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penanganan stunting, inovasi program yang dilakukan berupa syair berbahasa Aceh.
"Dengan syair berbahasa lokal ini, diharapkan tujuan penanganan stunting lebih terpapar dan dipahami oleh masyarakat," terang Aida.
Menurut Aida, kegiatan ini terlaksana dalam kurun waktu satu bulan dengan keterlibatan tim pengabdian masyarakat dari dosen Poltekkes Kemenkes Aceh Prodi Kebidanan Aceh Utara, serta melibatkan mahasiswa dari Prodi D-III Kebidanan yang ada di Poltekkes Kemenkes Aceh, serta diikuti oleh ibu hamil yang ada di Desa Lancok.
Menurut Aida budaya tutur lisan sudah menjadi budaya di Aceh, dikombinasikan dengan penyuluhan pencegahan stunting saat ibu hamil melakukan kunjungan pemeriksaaan kehamilan atau Antenatal Care, sehingga menghasilkan syair yang disampaikan kepada masyarakat.
"Mengingat Aceh merupakan daerah yang kental dengan nuansa religi Islam, maka diselipkan kata-kata motivasi kepada masyarakat, tentang pentingnya kesehatan dan gizi anak, tidak hanya makanan yang bergizi, tetapi juga yang halal," ungkapnya.
Tambahnya, di beberapa bait syair tersebut juga memotivasi masyarakat untuk berjuang demi kejayaan bangsa, sebagaimana pahlawan Aceh, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien.
“Beudoh Hai Teuku Umar pahlawan Ubeut, Beu semangat lagei Cut Nyak Dhien Ubiet," tutupnya. [Hamdani]