Wakil Ketua MPR-RI, Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M., mengisi kuliah umum dengan tema Sejarah dan Peran Aceh dalam Pembentukan NKRI di Gedung AAC Dayan Dawood, Rabu, (06/09/2023) kemarin. (Foto/ Ist)
Banda Aceh -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M mengajak seluruh mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) mempelajari sejarah Aceh.
Hal itu disampaikan Lestari Mordijat dalam kuliah umum dengan tema Sejarah dan Peran Aceh dalam Pembentukan NKRI di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, pada Rabu, (06/09/2023) kemarin.
Dirinya mengatakan, sejarah telah mencatat bahwa Aceh memainkan peranan penting dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan dirinya menilai, tidak akan pernah ada Indonesia kalau tidak ada Aceh dan Papua.
Menurutnya, sejarah Aceh dapat disimpulkan dalam tiga pilar yaitu perjuangan, persatuan, dan kesejahteraan. Catatan sejarah menunjukan, Aceh pada abad 15 Masehi merupakan sebuah kekuatan besar, kaya, mandiri dan menjadi bandar perdagangan yang besar.
Salah satu buktinya adalah, bagaimana ketika itu Aceh sudah memiliki money changer.
“Para pedagang dan pengelana yang mengelilingi dan berhenti di Aceh, bisa dengan mudah menukarkan mata uangnya dengan berbagai mata uang di dunia,” ucapnya.
Begitu pula dengan semangat patriotisme masyarakat Aceh yang tidak perlu ditanyakan lagi. Bagaimana dulu Kota Bireuen pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Kala itu, Indonesia sudah dikatakan tidak ada lagi oleh Belanda. Lalu ada siaran Radio Rimba Raya yang mengabarkan sampai ke India bahwa Indonesia masih ada dengan Ibu Kotanya adalah Bireuen.
“Jadi Aceh, tidak bisa dipisahkan dalam sejarah perjuangan kita. Aceh memainkan peranan yang penting sekali dalam terbentuknya NKRI,” ucapnya.
Rektor USK Prof. Dr. Ir. Marwan menyambut baik kuliah umum ini. Menurut dia, peran Aceh dalam pembentukan NKRI adalah fakta sejarah yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Apalagi cerita sebelum kemerdekaan, banyak pahlawan yang lahir di Aceh untuk mengusir penjajah.
“Fakta-fakta sejarah ini harus terus kita kenalkan, khususnya bagi generasi sekarang. Dengan demikian, akan tumbuhkan semangat nasionalisme dalam diri kita, sekaligus dapat menginspirasi kita untuk terus berbakti bagi negeri ini,” ucap Prof. Marwan.
Dalam kegiatan ini, USK juga melakukan penandatanganan MoU dengan dengan Yayasan Sukma Bangsa. Turut hadir dalam kegiatan ini Ketua Senat Akademik USK, Perwakilan Wali Nanggroe, Kepala BPSDM Aceh, serta perwakilan dari Kajati, Polda, Kodam IM dan Media Grup. [Sayed M. Husen]