Oleh: Hamdani, SE.,MSM
Saya pada Jumat, 2 Juni 2023 kemarin merasa sedikit agak jengah, karena hampir diserata aplikasi medsos saya lihat pengguna medsos sibuk menshare informasi tentang berita barang tercecer.
Caption dari berita barang tercecer tersebut adalah tentang dompet yang tercecer di Masjid Saree Aceh.
Lalu salahnya dimana dari kabar tersebut? Tak ada yang salah. Karena tujuan yang share itu baik, supaya barang yang tercecer tersebut cepat kembali ke pemiliknya. Tapi menjadi salah dan menyesatkan, karena yang dishare tersebut adalah kejadian yang terjadi setahun silam, ketika hari ini dishare kembali, seakan-akan kejadian tersebut terjadi hari ini.
Inilah akibat kelatahan pengguna medsos yang tidak mau tahu terhadap kebenaran informasi yang mereka terima. Lalu meneruskan kembali ke orang lain, demikian seterusnya, sampai viral.
Begitulah media sosial dan ragam penggunanya bekerja dalam jaringan. Sangat reaktif dan aktif. Sehingga kadang-kadang pengguna yang malas melakukan cross check terhadap kebenaran sebuah informasi, langsung men-share kembali ke grup yang mereka ikuti tanpa peduli apakah informasi yang mereka share itu benar atau salah. Buat mereka itu adalah sesuatu yang wajar walau informasi itu salah, mereka tetap tak merasa bersalah.
Maka, begitulah informasi hoax bekerja di ruang publik, di lingkaran pengguna medsos dan multi-platform, sehingga menciptakan keresahan yang masif, akibat pengguna medsos tak mau tabayyun.
Saya ingat persis, bagaimana hoak tentang penculikan anak selalu didaur ulang dan selalu berhasil menciptakan keresahan, terutama di kalangan kaum ibu, bahkan mirisnya di kalangan terpelajar juga ikut menjalar.
Menjelang Pemilu 2024 mendatang, gejala munculnya fitnah untuk calon presiden juga semakin masif di kalangan pengguna medsos. Padahal dalam agama kita (baca: Islam) disebutkan, bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Tapi orang tak peduli itu, mereka tak merasa bahwa yang mereka bagikan di medsos itu adalah fitnah, yang penting artinya puas, sudah menyerang lawan politik yang dia tidak suka.
Akhirnya, sesuatu yang tiada akhirnya seperti nyata ada. Berani melawan arus mengatakan itu hoak, pasti Anda akan dimaki dan dicaci. Karena kalau sudah menyebar salah pun "harus" menjadi benar.
Sekali lagi, kalau bermain medsos, Anda harus cerdas. Harus update informasi juga yang terpenting jangan latah, kalau Anda mendapatkan informasi, Anda tidak yakin itu benar atau salah, maka itu cukup sampai di Anda, jangan teruskan. Jangan semua sok jadi wartawan semua, sesat dan resah orang lain nantinya. Sekian. []
*) Penulis adalah seorang dosen di Politeknik Negeri Lhokseumawe, dan juga jurnalis
Disclaimer: Semua tulisan pada Rubrik SUDUT PANDANG bukanlah lah produk jurnalistik, juga tidak mewakili pandangan Redaksi Juang News. Untuk itu, setiap tulisan yang dimuat di rubrik SUDUT PANDANG itu menjadi tanggung jawab pribadi si penulis. Karena sesuai nama rubrik, semua konten dari tulisan tersebut, merupakan opini pribadi dari sudut pandang personal penulis. Demikian. []