Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)
Kisah Ubay yang suka membanggakan diri dan menghina Nabi SAW dengan hartanya. Hanya dengan sedikit luka membuatnya tubuhnya tak berdaya. Kekayaan hanya tinggal nama, kehebatan hanya sebagai gaya. Akhirnya mati dalam kehinaan.
Ketika Rasulullah SAW berdakwah, begitu banyak rintangan dan hambatan dari kafir Quraisy yang menghalangi jalannya.
Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat Rasulullah SAW menyerah. Bahkan sebaliknya, semakin besar tantangan, semakin besar pula tekat beliau dalam mengislamkan isi dunia ini.
Mari kita kuak kisah penuh kebencian seorang yang sangat anti Rasulullah SAW. Dialah Ubay bin Khalaf, pembesar Quraisy yang kaya raya. Ia salah seorang tokoh Quraisy yang sangat membenci dakwah Rasulullah SAW.
Ubay termasuk diantara kaum kafir Quraisy yang suka menghina, mencaci, memaki, mengejek, bahkan mengancam akan membunuh Rasulullah SAW.
Harta dan kekayaannya dijadikan sebagai sarana untuk merendahkan baginda Nabi SAW. Namun beliau tidak terpengaruh dengan hinaan tersebut. Rasulullah SAW begitu tegar dan kuat menangkis berbagai ancaman terhadap dirinya.
Rasulullah SAW sudah terbiasa menghadapi berbagai rintangan yang bahkan terkadang mengancam keselamatan jiwanya. Jika raganya yang terluka sudah terbiasa beliau hadapi.
Darah sering bercucuran di sekujur tubuh yang mulia. Hingga membuat Sayyidah Fatimah Az-Zahra putrinya sering menangis menyaksikan hal tersebut.
Perlakuan Yahudi terhadap ayahanda membuat hatinya terluka. Bahkan, musyrik Yahudi menyakiti hati dan perasaan Rasulullah SAW dengan berbagai hinaan, cacian, makian seperti yang dilakukan Ubay bin Khalaf ini, yang tentunya jauh lebih menyakitkan dibandingkan lukanya tubuh.
Namun, kesabaran sudah membentengi dirinya dengan sangat kuat. Sehingga, ejekan Ubay tidak dihiraukan Rasulullah SAW, namun perlakuan Ubay akan dibalas Rasulullah saw karena telah menghina Rasul Allah.
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah mengisahkan, saat keberuntungan sudah memihak kepada kafir Quraisy di perang Uhud, Rasulullah SAW berlindung dari bukit Uhud, tiba-tiba Ubay bin Khalaf memergoki Rasulullah SAW.
Seketika itu ia berkata, "Dimana Muhammad, aku tidak akan selamat selagi dia masih selamat."
Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, ternyata ada yang membuntuti kita di belakang." Rasulullah menjawab, "Biarkan saja."
Diam-diam Rasulullah merencanakan akan menghabisi manusia sombong ini. Beliau mengambil tombak pendek dari Al-Harits bin Ash-Shimmah. Sambil mengibas-ngibaskan tombak memapasi Ubay dengan sasaran ke tulang selangkangnya yang dapat terlihat dari celah antara baju besi dan topi besinya.
Saat sasaran sudah tepat, secepatnya Rasulullah SAW melepaskan tombak ke tulang selangkang Ubay hingga ia terjatuh dari kudanya.
Kesombongan Ubay kena batunya dan kata-katanya menjadi kenyataan.
Setelah peristiwa itu terjadi, merekapun mengundurkan diri dari bukit Uhud. Syaikh Shafiyyurahman menulis, saat kembali ke Mekkah luka tusukan tersebut mulai membengkak dan membusuk.
Padahal lukanya itu kecil saja. Tapi ternyata, racun dari tombak itu sudah menyebar hingga semakin lama semakin membengkak, sehingga ia berkata, "Demi Allah, Muhammad telah membunuhku."
Sejak saat itu kekuatannya hilang dan tubuhnya lemas. Ubay juga berkata kepada rekannya, "Dulu selagi masih di Mekkah, ia (Muhammad) pernah berkata kepadaku, 'Aku akan membunuhmu.' Demi Allah, andai ia meludahiku, maka ludahnya itupun bisa membunuhku."
Karena lukanya semakin parah, ketika sampai ke Sarif, si musuh Allah ini pun tewas. Terbalas sudah kekejiannya terhadap Rasulullah SAW.
Bukankah kesabaran selalu menguntungkan? Setiap waktu ada masanya dan setiap masa pasti ada waktunya. Siapa yang menghina Rasulullah, maka balasan pasti akan segera datang menimpa.
Demikian kisah Ubay yang suka membanggakan diri dan menghina Nabi SAW dengan hartanya. Hanya dengan sedikit luka membuatnya tubuhnya tak berdaya. Kekayaan hanya tinggal nama, kehebatan hanya sebagai gaya. Akhirnya mati dalam kehinaan.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah, perkataan Rasulullah saw adalah suatu kenyataan. Dan barang siapa yang menghina Rasulullah SAW, maka Allah akan menghukum dan menghinanya pula. Mati dalam kekafiran dan menjadi penghuni neraka. Semoga kita tergolong orang-orang yang mencintai Rasulullah saw dan agamanya. []
Editor: Sayed M. Husen
*) Penulis adalah penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat