Aceh Besar -- Hari Raya Idul Adha yang baru saja dirayakan umat Islam adalah rekontruksi sejarah masa lampau yang diperankan oleh sosok-sosok mulia Ibrahim AS, anaknya Ismail AS, dan istrinya Siti Hajar AS. Salah satu hikmah dibalik sejarah panjang dan pentig yang relevan di tengah-tengah kehidupan umat Islam adalah kualitas iman seorang Ismail AS.
Betapa hebat dan luar biasanya Ismail dengan menunjukkan kualitas iman jauh di atas rata-rata. Ismail di usia yang sangat muda dan kecil, tauhid telah terpatri dengan sangat kokoh di dadanya.
Dosen Agama Universitas Teuku Umar Dr. Tgk. Ismu Ridha, M.A menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Baital Maqdis Seout, Kecamatan Indrapuri, Jumat, (30/06/2023).
“Pertanyaan besar yang bisa diajukan dari adegan luar biasa ini adalah, apakah yang membuat Ismail menjadi setegar dan sehebat ini?” ujarnya.
Menurut Ismu Ridha, umat Islam dapat mengkaji, menu apakah yang setiap hari mengisi kepala dan dada Ismail, sehingga dia bisa dengan rela menyerahkan lehernya untuk disembelih ayahnya. Pendidikan seperti apa yang bahkan membuat Ismail juga meneguhkan hati ayahnya agar tidak ragu-ragu melaksanakan perintah Allah. Tentu saja kehebatan Ismail itu bukanlah sesuatu yang instan apalagi sim salabim.
“Sedangkan anak-anak kita sekarang hari-harinya dipenuhi dengan berbagai perilaku memprihatinkan. Kasus HIVAIDS yang terus meningkat yang menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Aceh menunjukkan sejak tahun 2004 hingga 2023 tercatat sebanyak 2.132 kasus menimpa muda mudi bangsa ini," terangnya.
Belum lagi kasus narkoba yang semakin menggila, tidak hanya di kalangan elit, tetapi juga menggerogoti anak-anak muda bangsa ini. Menurut data yang dikeluarkan Badan Narkoba dan Narkotika Aceh, tambah Ismu Ridha, saat ini Aceh menduduki posisi keenam di Indonesia sebagai daerah darurat status narkoba.
“Kasus judi online juga semakin merajalela menghantam generasi bangsa. Praktik freesex dan LGBT semakin liar dan ganas, pergaulan bebas yang semakin tinggi,” katanya, dengan rasa pihatin. Karena itu, dia menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor utama Ismail menjadi anak yang sangat hebat.
Pertama, keluarbiasaan Ismail adalah buah dari pendidikan dan bimbingan dari seorang ayah dan ibu yang juga sangat luar biasa. Anak yang saleh dan baik lahir dari ayah dan ibu yang baik. Ibrahim adalah ayang yang saleh. Hajar adalah ibu yang salehah. Kalau ayahnya bicaranya kasar, tidak sopan, maki-maki, maka anaknya pasti akan menirunya.
“Kalau ibunya tidak tutup aurat, jilbab dipakai tak jelas, maka pasti anaknya demikian juga. Kalau ibunya suka joget-joget, dan lain-lain, maka sifat itulah yang akan diwariskan kepada anaknya. Kalau ayahnya suka main game, sering tidak shalat, mengaji tak pernah, maka anaknya pun akan demikian. Kalau ayahnya dan ibunya tak shalat, tak ke masjid, maka besar kemungkinan anaknya akan memiliki sifat yang sama,” urainya.
Kedua, dan alasannya selanjutnya, Ismail ditempa dan dididik di dalam lingkungan yang baik. Sengaja Ismail diletakkan di satu tempat yang baik, agar Ismail kecil bisa merasakan lingkungan yang baik.
“Sekarang kita telah menjaga anak kita di rumah, tapi kalau lingkungan rusak, maka akan merusak Ismail kecil kita,” tambahnya.
Menurut Ismu Ridha, ketika masyarakat menyuruh anak-anak pergi belajar, ke sekolah, tapi di sekolah lingkungannya rusak, maka anak-anak pun rusak. Di dalam kampung pun sekarang sudah ada sabu dan kerusakan lainnya. Dulu masyarakat masih merasa aman dan percaya dengan kehadiran dayah dan pesantren, tapi akhir-akhir ini sabu-sabu pun sudah masuk ke dalam dayah.
Ketiga, tambahnya, makanan yang diberikan kepada anak adalah makanan yang berasal dari sumber yang halal. Dalam kondisi yang terjepit, Ismail terus menangis, hajar terus berusaha untuk memberikan Ismail rezeki dan makanan yang halal. Itu pesan dari air zam-zam yang lahir dari kaki kecil Ismail. Ismail tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas karena besar dengan makanan yang halal.
Ismu Ridha menyampaikan, anak yang diberikan makanan yang baik dan halal, akan baik perilakunya. Oleh sebab itu, Islam mengharamkan makanan binatang buas, karena kalau mengkonsumsi binatang buas akan memberikan sifat yang buas.
Akhirnya doktor bidang tafsir di Yarmouk University, Jordania ini, mengajak jamaah berdoa dan berharap agar menjadi orang-orang tua yang baik dan saleh dan bertanggungjawab.
“Semoga Allah jadikan anak-anak kita laksana Ismail as. Kita menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah,” pungkasnya. [Sayed M. Husen]