Gowa -- Pemimpin Umum Wahdah Islamiyah Ustadz Dr. KH Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., MA menegaskan, Idul Fitri harus membawa perubahan dalam kehidupan dan mendapatkan nilai lebih, utamanya dalam keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.
Menurut dia, bulan Ramadan yang sudah dilewati adalah bulan istimewa. Di antara keistimewaannya adalah begitu mudahnya beribadah dan iman terasa sangat meningkat di bulan Ramadan. Ramadan adalah bulan Tarbiyah, Ramadan mengkondisikan manusia agar menjadi orang yang berakhlak mulia.
“Ramadan adalah bulan persatuan, solidaritas, berbagi dan menahan diri,” ujar Ustaz Zaitun dalam Tabligh Akbar dan Silaturahim Syawal 1444 H di Masjid Agung Syaikh Yusuf Gowa, pada Minggu, (14/05/2023) kemarin.
Menurut Ustaz Zaitun, hari kemenangan adalah bagi mereka yang setelah Ramadan semakin kuat imannya, makin rajin ibadahnya, dan makin baik akhlaknya.
“Termasuk rajin ibadah, baik yang fardhu dan ibadah-ibadah sunnah. Semoga ini terus dapat kita jaga dan kontensitasnya di luar bulan suci Ramadan, terjadi peningkatan secara terus menerus,” ujarnya.
"Tabligh akbar dan momentum kebaikan berjamaah adalah salah satu perintah Allah agar umat Islam menjadikan kebenaran itu lebih mendominasi. Walaupun pengajian di negeri ini makin hari makin ramai, namun belum bisa seramai acara konser atau perhelatan olahraga. Maka tugas kita agar bisa minimal menyamai semarak acara-acara tersebut," lanjutnya.
Menurut Wantim MUI Pusat itu, ketika kebenaran dominan dalam lingkungan masyarakat, maka akan menjadi rahmat bagi umat manusia.
"Kebenaran datang bukan untuk menindas mereka yang lemah dan masih terkungkung dalam kebatilan. Akan tetapi, menjadi rahmat yang dapat melahirkan keberkahan dan ketenangan dalam kehidupan masyarakat," ungkapnya.
Ustaz Zaitun juga menegaskan bahwa indikasi keberhasilan Ramadan adalah kokohnya langkah dalam perjuangan.
“Keberhasilan Idul Fitri adalah mengokohkan perjuangan, karena pada hakikatnya seluruh amalan ibadah di bulan Ramadan adalah rangkaian perjuangan, apalagi Ramadan adalah bulan jihad yang melahirkan banyak kemenangan,” tegasnya.
"Di luar Ramadan mestinya kita menjadi lebih kuat dalam berjuang dibanding Ramadan, karena energi lebih banyak akibat tidak berpuasa. Hanya saja obyek dakwah kita tidak semudah ketika kita berada di bulan Ramadan," sambungnya.
Menurutnya, perjuangan yang utama adalah dakwah, betapa banyak orang yang dahulunya bersama kita puasa di Bulan Ramadan dan rajin melaksanakan salat, namun setelah itu dan kini telah meninggalkan salat sebagaimana selesainya bulan Ramadan. Tentu tidak cukup dengan mencetak buku-buku tentang bahaya meninggalkan salat, tapi butuh dai dan daiyah yang menyampaikan tentang hal tersebut.
Perjuangan para ulama dan Nabi terdahulu adalah dakwah, tentu dengan pembinaan atau tarbiyah yang dapat mewujudkan khairuh ummat (manusia terbaik).
Dia menegaskan, hal yang paling penting bagi para pejuang Islam adalah mereka harus siap menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dia akan hadapi ke depan, sadar akan tanggungjawab, dan semakin serius dalam mengembang amanah dakwah.
“Mari bertekad, untuk ikut mengukir sejarah,” pungkasnya. [Sayed M. Husen]