Oleh : Hamdani, SE.,MSM*)
"Aturan-aturan dan beban administrasi yang berlebihan, membuat sebagian dosen stress dan sulit berinovasi, tapi yakinlah, habis gelap pasti akan berganti terang. Tetap optimis dan tersenyumlah rekan dosen..."
Berawal dari banyaknya aturan-aturan yang diberlakukan kepada dosen, bahkan baru-baru ini aturan tentang fungsional, membuat banyak dosen di Indonesia "sakit kepala" dan kelimpungan. Bahkan sebelumnya juga sudah banyak aturan-aturan yang dikhususkan untuk dosen, ditambah lagi dengan beban administrasi, sehingga membuat dosen sulit berkreasi dan berinovasi.
Akibat dari pemberlakuan aturan-aturan dan beban administrasi tersebut, akhirnya sebagian mereka yang berprofesi dosen merasa mereka telah memilih profesi yang salah. Seakan-akan menjadi dosen adalah musibah, bukan berkah.
Kalau melihat aturan-aturan dari pemerintah, yang dijabarkan oleh kementerian terkait untuk dosen, yang sering berubah-ubah dan terkesan tumpang tindih, juga seakan-akan mempersulit, rasanya menjadi sahih bahwa profesi ini adalah sebuah musibah. Sehingga wajar sebagian menjadi gelisah, resah walau juga ada yang pasrah. Entahlah.
Nah, buat saya yang kebetulan berprofesi dosen, jika ada pertanyaan seperti itu, apakah Anda menyesal memilih profesi ini?
Saya dengan tegas menjawab. Tidak! Tidak! Tidak!
Bahkan saya bersyukur bisa menjadi dosen, buat saya yang mantan orang pasaran dan "anak jalanan", bahwa menjadi dosen malah melampaui ekspektasi saya di masa silam. Jauh melampaui harapan-harapan di masa lalu.
Dulu, saat saat masih luntang lantung di jalanan, bekerja serabutan dan jadi kuli di tempat orang, cita-cita terbesar saya adalah jadi wartawan (Insya Allah kesampaian), menjadi dosen, apalagi dosen PNS sedikitpun tak terlintas di pikiran saya. Bermimpi pun tak berani, selain merasa tak mampu, juga merasa tak pantas untuk bisa meraih profesi terhormat itu.
Sampai nasib membawa saya meraih profesi ini, untuk itu saya syukuri dengan sepenuh hati. Tak pernah mau mengeluh dengan aturan-aturan baru dari pemerintah, yang kadang membuat kami dosen sakit kepala.
Karena saya optimis, aturan bisa berubah, seiring bergantinya rezim. Karena biasanya, sudah jamak di Indonesia Raya ini, ganti menteri, ganti aturan.
Lalu, karena kenapa saya merasa harus bersyukur? Saya pikir, mendapatkan pekerjaan ini sudah sangat luar biasa, di tengah ketidak pastian pekerjaan di Indonesia, banyak sekali pengangguran, kalau saya tak menjadi dosen, mungkin saya adalah bagian dari mereka yang menganggur itu. Jadi kenapa pula saya harus merajuk?
Memang satu hal yang selalu saya yakini, di mana tidak ada kita, di situ kelihatan enaknya. Atau istilah lainnya, rumput di halaman tetangga selalu terlihat lebih hijau tetimbang rumput di halaman sendiri. Alamak.
Untuk itu, menurut saya, syukur pada setiap keadaan adalah hal terbaik untuk menjaga suasana hati kita menjadi lebih baik dan adem juga anti stres. Tentu ini jangan dimaknai sebagai kepasrahan totalitas, tapi mensyukuri dalam artian, inilah takdir kita, dengan tetap berusaha.
Sungguh, saya telah melewati banyak tantangan dalam hidup saya, ujian demi ujian telah saya lewati. Itu menjadi kenangan manis saat ini, tapi tidak pada saat kita sedang menjalaninya. Buat saya, ini sesuatu yang ajaib.
Ada air mata, ada kesedihan, ada ketakutan yang sulit terkata di masa lalu. Tapi ternyata itu adalah sebuah proses yang memang harus saya lalui untuk sampai di titik ini. Benar kata bijak, ujian itu adalah langkah untuk naik tingkat.
Mungkin sebagian rekan-rekan seprofesi langkahnya untuk sampai di titik ini dilalui dengan tidak berdarah-darah, ditambah latar belakang keluarga yang berada, sehingga mereka tak pernah mengerti, bagaimana pahit getirnya kehidupan. Wajar jika mereka itu mengeluh saat mendapatkan sedikit ujian seperti ini. Tentu tak bisa disalahkan juga, karena daya tahan orang beda-beda.
Maka saran saya, jangan pernah mengeluh, karena mengeluh tak akan membuat keadaan menjadi lebih baik, malah membuat suasana hati menjadi buruk. Jalani saja hidup ini dengan penuh optimis, Insya Allah, hari esok akan lebih baik dari hari ini. Ayo tersenyum sahabat dosen.
Terakhir, tulisan ini adalah sudut pandang pribadi, tak bermaksud menggurui siapapun, kalau salah, maka pada Allah saya bermohon ampun, jika benar, maka ambil lah hikmahnya. []
*) Penulis adalah seorang dosen dan Pimpinan Redaksi Juang News
Disclaimer: Semua tulisan pada Rubrik SUDUT PANDANG bukanlah lah produk jurnalistik, juga tidak mewakili pandangan Redaksi Juang News. Untuk itu, setiap tulisan yang dimuat di rubrik SUDUT PANDANG itu menjadi tanggung jawab pribadi si penulis. Karena sesuai nama rubrik, semua konten dari tulisan tersebut, merupakan opini pribadi dari sudut pandang personal penulis. Demikian. []