Oleh : Siti Khaliza
Walau pelayanan pada Bank Syariah Indonesia (BSI) berangsur baik, setelah error system selama empat hari, dan nasabah dibuat kalang kabut. Tapi sampai saat ini, manajemen BSI belum ada tanda-tanda memberikan kompensasi kepada nasabah, selain hanya permintaan maaf berkali-kali, dan itu dirasa oleh nasabah tidak cukup.
Akhir-akhir ini Bank BSI sedang heboh diperbincangkan oleh masyarakat. Bukan karena prestasinya akan tetapi karena kekecewaan nasabah terhadap kinerja dari bank syariah terbesar di Indonesia tersebut.
Khususnya masyarakat Aceh paling merasakan dampak akibat dari gangguan error system tersebut, dikarenakan di Aceh sendiri sebagian besar masyarakatnya merupakan nasabah dari BSI.
Hal ini dikarenakan hengkangnya bank konvensional dari Provinsi Aceh dampak dari pemberlakuan Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang mewajibkan semua bank dan lembaga keuangan yang beroperasional di Aceh harus berbasis syariah.
Dampak dari pemberlakuan Qanun LKS tersebut, akhirnya bank konvensional terpaksa hengkang dari provinsi berjuluk Serambi Mekkah itu, Jadi di Aceh hanya ada Bank Aceh Syariah, BSI, BTN Syariah, BCA Syariah dan Bank Muammalat.
Beberapa hari lalu, errornya system BSI membuat seluruh nasabah menjadi kalang kabut, dikarenakan uang nasabah berada di bank tersebut menyebabkan para nasabah tidak dapat mentransfer atau menarik uang untuk keperluannya.
Ibu rumah tangga tidak dapat membeli kebutuhan rumah tangga, adapun para pengusaha yang membutuhkan uang untuk memutar usahanya juga kelimpungan, begitu juga mahasiswa yang sangat membutuhkan uang untuk kehidupan sehari-harinya di perantauan, terutama anak kos terpaksa mengetatkan ikat pinggang. Semua panik.
Gangguan masiv pada BSI tersebut terjadi selama empat hari, sistem BSI lumpuh total.
Dampaknya adalah, para nasabah merasa sangat cemas dan takut jikalau gangguan ini dapat terjadi lagi sewaktu waktu, sehingga para nasabahpun menarik secara besar-besaran uangnya dari BSI pasca normalnya operasional (rush money). Walaupun demikian, pihak BSI tetap meyakinkan para nasabahnya agar tidak khawatir dan tetap tenang.
"Kami pastikan bahwa dana nasabah tetap aman dan kami juga mengimbau kepada seluruh nasabah untuk tetap waspada dan berhati-hati atas segala modus penipuan maupun tindak kejahatan digital yang mengatasnamakan bank," kata pihak BSI.
Perekonomian di Indonesia terutama di Aceh mengalami kelumpuhan yang sangat fatal akibat gangguan ini, dan yang sangat disayangkan adalah pihak BSI hanya menyampaikan permintaan maaf akibat gangguan besar yg sangat merugikan seluruh masyarakat ini.
"Kami menyampaikan permohonan maaf kepada nasabah atas ketidaknyamanannya dalam melalukan transaksi keuangan pada hari ini," tulis BSI melalui akun Twitter resminya, @bankbsi_id, seperti dikutip pada Senin (08/05/2023) lalu.
Pernyataan maaf ini hanya disambut "dingin" masyarakat (baca: nasabah). Harusnya tak cukup hanya maaf yang Dipinta, tapi harusnya BSI juga memberikan kompensasi.
Akibat peristiwa ini, sangat sulit bagi masyarakat untuk menaruh kepercayaannya lagi kepada bank syariah satu ini, masyarakat mengalami trauma akibat kejadian yang sangat disayangkan ini.
Apalagi kesannya, pihak BSI belum terbuka menjelaskan penyebab dari errornya system mereka, selain hanya berdalih pemelihan teknis. Padahal isu yang beredar, itu akibat ulah hacker. Sampai akhirnya isu ini menjadi sahih ketika Menteri BUMN Eric Tohir mengakui bahwa memang terjadi serangan pada sistem BSI.
Tapi itu terasa lambat, toh masyarakat sudah kadung tak percaya dan berselera kepada bank syariah hasil marger beberapa bank itu. Kita tunggu saja nasibnya beberapa waktu ke depan. Sekian. []
Editor : Hamdani
*) Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Tata Niaga, Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS), Politeknik Negeri Lhokseumawe