Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)
Di penghujung Ramadan ini, mari sejenak kita renungkan, apa yang telah kita perbuat selama bersamanya. Adakah kita menggunakan bulan maghfirah ini dengan semestinya? Atau kita membiarkan ia berlalu begitu saja.
Indahnya Ramadan, hingga umat Islam begitu mandambakannya. Kehadirannya dipersiapkan jauh-jauh hari. Kedatangannya disambut penuh suka cita. Keberadaannya diisi dengan berbagai amal salih, yang pahalanya tak terhitung jumlahnya.
Kini, Ramadan akan segera pergi. Bulan mulia yang penuh dengan keberkahan dan keistimewaan. Kelebihannya tidak sama dengan bulan-bulan yang lain. Kedatangan bulan suci ini dalam setahun hanya satu bulan saja.
Umat Islam merasa bergembira dengan datangnya bulan penyejuk jiwa ini. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang bergembira dengan datangnya Ramadhan, maka Allah Swt mengharamkan neraka baginya."
Dengan memuliakan kehadirannya saja Allah telah memberikan ganjaran yang besar, apalagi beribadah pada bulan mulia ini. Tidur menjadi tasbih, nafas menjadi zikir, dan setiap amal ibadah akan dilipat gandakan pahalanya.
Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari Muslim)
Bagi orang-orang beriman akan selalu merindukan bulan suci ini. Kehadirannya dinantikan dan kepergiannya menyedihkan. Bulan mulia dari seribu bulan ini disertai dengan suatu keistimewaan luar biasa di dalamnya. Suatu keajaiban yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang beriman.
Suatu malam yang disebut malam Lailatul Qadar. Malam yang dimuliakan dan dirahasiakan diantara seribu bulan. Tidak mudah mendapatkan keberkahannya, kecuali bagi hamba-hamba yang saleh.
Barangsiapa mendapatkannya, maka Allah Swt akan mengampuni segala dosa-dosanya dan berhak mendapatkan surganya Allah.
Di bulan ini pula, Rasulullah Saw menerima wahyu pertama sebagai risalah kenabian. Yang diturunkan di gua Hira' pada 17 Ramadan. Al-Quran suci sebagai pedoman hidup umat manusia, diturunkan kepada seorang manusia pilihan yang sudah Allah persiapkan jauh sebelum dunia diciptakan.
Dialah baginda Rasulullah Saw sang penyelamat bumi dari kesesatan dan kegelapan. Membawa cahaya kebenaran untuk menghiasi dunia yang penuh peradaban dalam kehidupan.
Sejak awal Ramadan, umat beriman telah beraktifitas yang bernuansakan ibadah dan amal shalih. Namun hari demi hari, Ramadhan pun semakin berlalu. Ia terus saja berlalu tanpa menunggu siapa yang lalai. Hingga pada akhirnya, ia pamit meninggalkan sahabatnya umat Islam.
Suatu kesedihan yang tak dapat diungkapkan. Sungguh beruntung bagi mereka yang menggunakan kesempatan berteman dengannya. Akan tetapi, betapa meruginya bagi mereka yang mengabaikannya. Membiarkan ia berlalu begitu saja tanpa adanya hikmah didapatkan.
Saat Ramadan akan pergi, seolah-olah umat beriman bertanya, wahai Ramadan! Hendak kemanakah engkau? Ramadhan menjawab, “Aku akan pergi jauh dalam jangka waktu yang panjang. Sebelas bulan kemudian aku akan kembali lagi. Jika Allah mengizinkan, kita akan bertemu lagi.”
Coba kita pikirkan, ketika Ramadan kembali tahun yang akan datang, dapatkan diprediksi kalau kita masih ada kesempatan bertemu dengannya. Jika kesempatan yang Allah berikan kita sia-siakan.
Amal ibadah banyak yang terlewatkan. Tarawih berlalu begitu saja, padahal ibadah ini hanya dapat dilaksanakan di bulan suci ini, tidak terdapat pada bulan yang lain. Tadarus untuk memuliakan Al-Quran suci sebagai wujud kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya juga terlupakan.
Bersedekah untuk mencari keberkahan hidup sebagai tabungan investasi akhirat terputuskan. Lalu apa yang didapatkan? Beruntung bagi mereka yang menyadarinya betapa rugi bagi yang melewatinya.
Kini, sang pujaan akan segera pergi, meninggalkan semua kenangan indah yang takkan terlupakan. Akankah kita bertemu kembali? Meniti hari-hari penuh kemuliaan dan keberkahan dan pengampunan dosa. Wahai sang Yang Maha Kasih, semoga Engkau mempertemukan kembali kami dengan Ramadhan tahun depan.
Air mata kebahagiaan menyertai orang-orang yang beramal saleh. Sementara air mata penyesalan menyertai mereka yang melalaikan kesempatan mulia ini. Banyak yang terlewatkan begitu saja tanpa berati sama sekali. Terkadang ada yang mengambil kesempatan mengumpulkan rezeki di bulan suci ini, sampai mengabaikan ibadahnya. Karena kelelahan hingga ia tidak berpuasa. Meninggalkan shalat fardhu dengan alasan sibuk, apalagi amalan-amalan sunat lainnya.
Lebih disayangkan lagi bagi mereka yang tidak respon dengan hadirnya Ramadhan. Melewatinya biasa saja dan tidak membawa pengaruh apapun dan rasa haru di benaknya. Ia sibuk dengan urusan dunia yang takkan pernah habisnya. Hatinya bagaikan mati tanpa bersinar. Semoga Allah memberikan hidayah dan petunjuk-Nya
Wahai sang rembulan penyelamat jiwa. Jika engkau tetap akan pergi, maka ridailah kami. Selamat jalan dan selamat berpisah. Kulepasakan kepergianmu dengan deraian air mata kerinduan. Kami akan menunggumu di sini hingga engkau kembali lagi. Panjangkan umur kami ya Rabb, berilah kesempatan bertaubat di akhir hayat kami. []
*) Penulis adalah Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat