Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)
Sebuah ungkapan yang sangat populer yaitu buku adalah gudang ilmu, membaca merupakan kuncinya.
Ungkapan ini sangat sering kita sebut tetapi sering terabaikan. Padahal kalimat sederhana ini memiliki makna yang sangat luas dan dalam.
Buku diibaratkan sebagai gudang, dan membaca sebagai kuncinya. Artinya tanpa membaca, kita tidak dapat membuka gudang yang berisikan berbagai pengetahuan sebagai lentera dalam kehidupan manusia. Baik itu pengetahuan duniawi maupun ukhrawi.
Buku salah satu media untuk mencapai kebahagiaan. Dengan meluangkan waktu membaca dan mengkajinya untuk mengembangkan kekuatan intelektual secara hikmah.
Membudayakan membaca memang tidak mudah. Tanpa dibiasakan sejak awal, sulit untuk menimbulkan minat baca bagi seseorang.
Dengan sedikit memaksa diri, maka lama kelamaan akan terasa indah, nyaman dan menjadi kebutuhan sebagai hoby.
Jika belum terbiasa, membaca suatu hal menyebalkan. Namun kalau sudah dibiasakan, pasti menyenangkan. Dunia kita seakan masuk ke dalam buku yang kita bacakan dan dapat berkomunikasi dengannya. Jiwa akan terasa damai sedamai isi buku yang dibacakan.
Banyak jenis buku yang dapat kita baca, sesuai tentang pengetahuan apa yang kita butuhkan. Tetapi ingat! Tanpa membaca kita tidak akan mendapatkan pengetahuan. Tanpa pengetahuan wawasan kita terasa sempit, sehingga sering menjadi pengikut orang lain tanpa adanya suatu pedoman ilmu yang disebut taqlid. Hal tersebut sangat dilarang dalam Islam.
Setiap pengetahuan khususnya tentang agama, baik ubudiyah maupun muamalah, harus berdasarkan sumber yang kuat dan imam yang tepat.
Dalam bukunya La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni menuliskan, Al-Jahizh menasihatkan agar kita senantiasa membaca buku dan mengkaji untuk mengusir ketinggalan dan kesedihan. Selain itu juga membasmi kebodohan dan taqlid.
Buku sangat cocok dijadikan sebagai teman dikala suka dan duka. Ia sebagai sahabat yang tidak akan pernah menipu dari kemunafikan dan tidak membosankan. Teman yang setia menghibur kita dan mencari jalan keluar disetiap kesulitan.
Memandang buku akan menjadi daya tarik tersendiri untuk membacanya. Memberi kenikmatan yang lezat dan menajamkan kemampuan intelektual. Selain itu dapat juga melancarkan lidah yang kelu dan mengindahkan jari jemari yang membuka halaman demi halaman secara satu persatu.
Buku dapat memperkaya bahasa dan kelembutan jiwa, menenangkan pikiran serta mengisinya dengan hal-hal yang positif.
Membaca buku sebagai salah satu cara menghindar dari kesusahan mencari rezeki dan membayar hutang. Mempelajari akhlak dan cara merendah diri agar tidak tergolong orang-orang bodoh yang sombong.
Menghindari kedengkian, riya dan takabur serta menimbulkan sifat qanaah dan tawakkal kepada Allah Swt.
Membaca buku senatiasa bermanfaat meskipun sudah berganti materi. Pengetahuan yang telah kita peroleh akan bersarang dalam jiwa yang tidak akan pernah menghilangkan faedahnya. Ia adalah guru yang kita butuhkan setiap saat, baik siang maupun malam. Ia tidak pernah berpaling walau badai menghantam dalam kesedihan jiwa. Bahkan dia akan menjadi teman pelipur lara penghapus duka.
Menurut Dr. 'Aidh al-Qarni, buku akan menjadi sahabat dalam kesendirian, menyelamatkan kita dari keangkaramurkaan. Menghindari kita berteman dengan orang-orang yang jelek perangainya.
Meskipun tidak ada keutamaan yang bisa di ambil, namun ia telah menghalangi niat kita untuk duduk di depan rumah atau berkumpul dengan teman-teman membicarakan hal-hal yang menyudutkan kepada ghibah atau bahkan fitnah.
Menzhalimi diri sendiri dengan melihat orang lain secara berlebihan dan berbaur dengan sesuatu yang tidak berguna. Bahkan memiliki kesempatan secara langsung mendengar ucapan-ucapan kotor yang bernilai rendah, kurang berbudi dan tidak cerdas.
Hal tersebut dapat dicegah dengan memperbanyak bacaan yang bermanfaat. Agar dapat terhindar dari hal yang buruk serta mendapatkan hikmah yang besar. Buku pilihan terbaik bagi kita semua, apalagi bagi mereka yang kosong.
Menghabiskan waktu luang untuk membaca tentu sangat berfaedah, karena ia sebagai dorongan membentuk kepribadian, menggunakan nalar, menjaga kehormatan, mengembangkan harta benda serta meluruskan agama yang suci.
Mari membiasakan membaca untuk mendapatkan hikmah kebaikan. Belajar dan membaca tidak mengenal waktu dan usia, bahkan menjelang kematian sekalipun.
Menuntun orang yang sedang kararatul maut salah satu hikmah membaca dan belajar. Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung. []
*) Penulis adalah penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat