Oleh: Fadhilah Aini")
Rasulullah sebagai teladan dan panutan dalam segala bentuk aspek kehidupan, menjadikannya role model paling utama untuk diidolakan. Mencintai Rasulullah saw merupakan salah satu pondasi keislaman. Bahkan, keimanan kepada Allah tidak akan sempurna kecuali dengan mencintainya.
Hati manusia pada dasarnya memiliki fitrah mencintai kesempurnaan. Allah Swt sebagai zat pemilik segala kesempurnaan, tidak ada kekurangan walaupun setitik. Setelah cinta kepada Allah, dalam kulminasi kemuliaan, kesucian dan keagungan adalah cinta kepada Rasulullah saw, yang diutus sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.
Lalu, mengapa kita harus mencintai Rasulullah? Sebab, dengan mencintai Nabi Muhammad saw, menjadi jalan bagi umat muslim untuk meraih rida Allah Swt yang kemudian berujung dengan diampuninya segala dosa dan kesalahan.
Rasul menjalani kehidupan dengan penuh keikhlasan. Ia membawa manusia kepada kebenaran, mengenalkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, keselamatan umat menjadi resah baginya, hingga sujud diantara kegelapan adalah ia penuhinya.
Dalam pribadi Rasulullah saw terkumpul sifat-sifat sempurna bagi manusia yang tidak pernah dimiliki oleh manusia, diantaranya jiwa yang selalu ceria, akal yang cemerlang, dan perasaan yang tajam. Sifat beliau lainnya, lisan yang fasih, cermat, teliti dalam pengamatan, ketekunan dan kesungguhan diri, merawat perbuatan mulia, serta menjauhi perbuatan tercela.
Menurut Kazuhana El Ratna Mida dalam bukunya Bingkai Kasih Khazanah Jiwa, cinta adalah limpahan kasih sayang Allah Swt kepada seluruh makhluk, sebab Allah yang menganugerahkan cinta untuk memfungsikan salah satu organ tubuh yang sering kita sebut hati.
Karena itulah, seorang muslim belum dikatakan sempurna imannya sebelum ia mencintai Rasulullah saw, melebihi cintanya kepada orang lain dan kepada dirinya sendiri.
Al Ghazali sebagai salah seorang tokoh sufi mengatakan, cinta adalah suatu kecenderungan terhadap suatu yang memberi manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan rindu.
Bagaimana kita tahu bahwa seseorang itu mencintai Allah Swt dan Rasulullah saw? Ternyata, Nyong Eka Teguh Iman Sentosa dalam tulisannya berjudul Hikmah Mencintai Rasulullah mengungkapkan, “Sebagaimana iman, cinta itu juga memiliki tanda dan isyaratnya yang khas, dalam hidupnya, mereka meneladani Rasulullah”.
Bukankah menelisik kehidupan rasul adalah cinta, menyebut-nyebut namanya melalui shalawat adalah cinta kedua, dan mengikuti setiap perbuatannya adalah sebenar-benarnya cinta.
Imam Nawawi mengatakan, manisnya iman adalah kelezatan dalam melakukan ketaatan dan berani menanggung beban berat ketika menjalankan agama dan mengutamakan agama daripada dunia. Untuk ini, cinta kepada Allah Swt dapat diwujudkan dengan menjalankan semua perintah dan meninggalkan larangan, demikian pula halnya cinta kepada Rasul.
Karena itu, mencintai Rasulullah berarti mengikuti dan melakukan segala hal yang diwajibkan oleh beliau, meninggalkan perkara-perkara yang dilarangnya, baik akidah, ibadah maupun akhlak. Cinta kepada Rasulullah akan senantiasa diwujudkan pengikutnya dengan berselawat setiap saat dan menjadikan Rasul sebagai teladan terbaik. []
*) Penulis adalah Mahasiswi FKIP PPKN USK