Kewajiban Berlaku Ihsan (Foto/ Sayed M. Husen)
Aceh Besar -- Pimpinan Dayah Darul Ikhsan Krueng Kale Siem Darussalam Tgk.H. Muhammad Faisal, MA mengatakan, Islam sangat antusias mengajak manusia melakukan semua jenis kebaikan dan melarang melakukan semua jenis kejahatan. Hal itu dikatakannya dalam khutbah Jumat di Masjid Al-Muhajirin Komplek Elang, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, pada Jumat, (09/12/2022(
Untuk memperkuat bahasannya Muhammad Faisal mengutip hadits Rasulullah saw, dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
"Beliau bersabda, sesungguhnya Allah Ta'ala telah mewajibkan agar berbuat ihsan (baik) terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh, maka bunuhlah secara baik dan bila kamu menyembelih, maka sembelihlah secara baik dan hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan mata pisaunya, lantas menenangkan binatang sembelihannya," ungkapnya.
Anggota MPU Aceh ini membagi ihsan dua macam, pertama, ihsan, yaitu berbuat dan berprilaku baik dengan menyertakan Allah, dan kedua, ihsan yaitu berbuat baik kepada makhluk.
“Tingkatan ihsan yang paling tinggi adalah ihsan di dalam beribadah kepada Allah Ta'ala. Inilah tingkatan dien yang paling tinggi. Dalam hal ini, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam telah menafsirkannya sebagaimana terdapat di dalam hadits Jibril yang amat masyhur yaitu, bahwa engkau (beribadah) menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu," urainya.
Muhammad Faisal menjelaskan, bila seseorang menghimpun hati dan perasaannya ketika sedang melakukan peribadatan dan merasakan bahwa Allah melihatnya, maka akan tercapailah tingkatan yang paling tinggi, merasakan penyertaan Allah dalam setiap detik kehidupannya.
Ditambahkannya, berbuat ihsan bisa berlaku terhadap manusia, binatang dan hal-hal lainnya, di antara bentuk-bentuknya adalah ihsan kepada manusia, dengan cara memaafkan bila dihina, mengharap pahala dari Allah bila dizalimi. Singkatnya, seperti sabda Rasulullah, yakni merajut silaturrahmi dengan orang yang justru memutuskannya, memberi untuk orang yang justru menahan, memaafkan orang yang justru menzalimi.
“Kita bisa mencontoh hal ini ketika orang kafir Quraisy mengusir Rasulullah dari Makkah. Saat beliau berhasil menaklukkan kota Makkah, beliau memaafkan dan membebaskan mereka. Di perang Uhud saat beliau terluka, beliau justru berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada orang kafir Quraish,” kata dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry ini.
Berikutnya Muhammad Faisal menguraikan ihsan kepada hewan. Rasulullah menjelaskan di dalam hadisnya, seorang wanita taat masuk ke neraka akibat tidak memberi makan kucingnya. Demikian juga seorang wanita pelacur justru menjadi ahli surga karena memberi minum seekor anjing yang sekarat hampir mati.
Di hadis lain Rasulullah saw menjelaskan, dahulu ada seorang nabi yang digigit oleh seekor semut. Lalu sang nabi membakar sarang kumpulan semut, sehingga Allah mencela nabi tersebut: apakah karena seekor semut lalu kamu membasmi kumpulan umat yang sedang bertasbih menyebut nama Allah.
Kisah lainya, kata Muhammad Faisal, suatu hari Rasulullah berpapasan dengan seorang penyembelih hewan yang sedang menyeret secara kasar kambingnya. Tiba-tiba sang kambing melompat ke hadapan Rasulullah mengadukan nasibnya. Rasulullah berkata kepadanya: wahai kambing bersabarlah dan wahai penyembelih sembelihlah kambing dengan cara yang baik. Karena itu, merupakan hal yang sunnah, ketika menyembelih agar menyembunyikan pisau dari hewan sembelihan dan membuatnya nyaman menghadapi kematian.
“Mengenai kewajiban berbuat ihsan ini tentu banyak sekali contoh dari Rasulullah yang bisa terus kita baca dan pelajari. Semoga kita senantiasa menjadikan beliau sebagai uswatun hasanah, sehingga kita termasuk orang muhsinin,” pungkasnya. [Sayed M. Husen]