Oleh: Nursalmi, S.Ag*)
"Setiap manusia pasti merasakan susah senang, rajin dan malas, semangat dan futur. Biasanya bagi orang-orang yang baru hijrah pasti semangat mencari ilmu itu luar biasa..."
“Ibu ……! Kemana saja? Sudah lama tidak hadir di majelis taklim”. Ibu Ramlah membuka pembicaraan dengan Syaribanun di sebuah majlis walimatul ‘ursy temannya sesama jamaah. Secara spontanitas tanpa pikir panjang Syaribanun menjawab, “Biasalah, iman kita kadang naik kadang turun, sekarang iman saya sedang menurun lho”. Jawab Syaribanun spontan tanpa pikir panjang.
“Subhanallah, kok bisa iman ibu menurun, macam perjalanan di pegunungan saja naik turun dan berliku, apa ibu sedang menghadapi masalah?“ tanya Ramlah.
“Entahlah.... saya lagi malas ikut majlis taklim, habis ibu-ibu disana sombong-sombong sih, tidak ada tegur sapa, semua asyik dengan urusannya masing-masing, ustadzahnya pun tidak menarik, ceramahnya slow aja gak ada lucunya, di majlis taklim bicara politik pula, gak suka saya,” jawab Syaribanun.
“Oh.... cuma gara-gara itu, sebenarnya ibu yang salah paham,” kata Ramlah.
“Ustadzah memberikan taklim membahas masalah-masalah yang urgen, tidak perlu buat lucu. Jamaah pun menyimak dengan serius, tidak ada waktu untuk ngobrol. Paling-paling ngobrolnya saat ustadzah membuka kesempatan diskusi. Selesai taklim langsung dilanjutkan dengan shalat berjamaah, kemudian jamaah kembali ke rumahnya masing-masing. Waktu untuk tegur sapa saat menunggu taklim dimulai, itupun banyak jamaah yang menyempatkan diri untuk membaca sambil menunggu ustadzah datang. Atau bisa juga ngobrol saat keluar dari majlis hendak pulang.” Ibu Ramlah mencoba meluruskan.
Setiap manusia pasti merasakan susah senang, rajin dan malas, semangat dan futur. Biasanya bagi orang-orang yang baru hijrah pasti semangat mencari ilmu itu luar biasa. Dimana saja ada taklim pasti dihadirinya. Semangat juga untuk mengajak orang terdekatnya, orang yang dicintai dan disayanginya agar sama-sama berhijrah, menghadiri majelis ilmu untuk sama-sama merasakan manisnya ilmu. Rasa tertariknya terhadap majelis ilmu membuatnya tidak berhenti setiap saat menghadiri dimana saja.
Namun biasanya karena semangat yang menggebu-gebu di awal, maka sering terjadi futur di tengah perjalanan hijrahnya, sehingga tidak sampai ke tujuan yang ingin dicapai, yaitu menjadi mukmin sejati.
Futur tidak hanya dirasakan oleh jamaah atau orang yang sedang mencari ilmu agama, bahkan ustadz pun merasakan hal tersebut. Rasa malas dan enggan yang dihadapi ustadz bisa saja terjadi karena beberapa kemungkinan. Bisa karena jamaahnya sedikit, dakwahnya tidak direspon, ada rasa persaingan diantara para ustadz, kurangnya bayaran, dan berbagai hal lain yang dirasakannya.
Mungkin saya, anda, dia atau siapa saja diantara kita pasti pernah mengalami futur, yaitu turunnya semangat, rasa malas, enggan, lemah setelah begitu semangat dalam belajar, menuntut ilmu, berdakwah dan melakukan aktivitas kebaikan lainnya, bahkan berhenti melakukannya serta membiarkan diri dalam kelalaian godaan duniawi.
Andaipun dia mengikuti majlis taklim, badannya saja berada disitu, tetapi hatinya di tempat lain. Fisiknya sedang sujud namun pikirannya menerawang entah kemana. Buku yang dimiliki hanya dibiarkan bertumpuk di meja, enggan untuk membukanya, walaupun dibaca mungkin buku dibiarkan saja terbuka di tangannya sementara dia sudah terlelap dalam mimpi indahnya.
Ada berbagai penyebab terjadinya futur. Diantaranya adalah hilangnya keikhlasan, masih sangat besar rasa cintanya kepada dunia dan lupa terhadap akhirat, mendapatkan cobaan yang dirasa, kurangnya kepedulian dari orang-orang yang diharapkannya, tidak mempunyai tujuan yang jelas terhadap aktivitas yang dilakukan, masih suka bergabung dengan orang- orang yang jauh dari kesalehan.
Sebagai seorang muslim yang sedang berkelana di alam dunia, sedang mencari jalan yang mulus menuju akhirat, tidak boleh futur, karena futur itu adalah suatu virus yang membawa penyakit berbahaya, dan penyakit tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, tetapi harus diobati. Harus disadari bahwa semua aktivitas yang sedang dilakukan adalah untuk mengharap ridha Allah dan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti. Jika penyakit futur dibiarkan tanpa diobati maka virusnya sangat cepat menyerang, sehingga mengganggu energi baik dan bisa mematikan pikiran baiknya yang membuat segala aktivitas positifnya akan terhenti. Tujuan utama untuk meraih ridha Allah tidak tercapai.
Jika penyakit futur sudah mulai menyerang maka harus dicari obat mujarab sebagai solusi untuk menyembuhkannya, agar tidak sampai mematikan semangat yang sudah tertanam dalam dirinya, mulai dari berusaha meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Menyadari akan nilai Muraqabah (Allah Maha Mengawasi). Memahami bahwa setiap perbuatan harus disandarkan kepada Allah. Dilaksanakan berdasarkan perintah dan larangan Allah. Baik buruknya pekerjaannya sesuai dengan apa yang baik dan apa yang buruk di mata Allah, bukan dimata manusia. Setiap perbuatan yang dilakukan yang sedang diawasi oleh Allah pasti akan dilaksanakan sebaik mungkin agar mendapat nilai yang baik di sisi Allah.
Di samping itu, berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Lakukan semua amalan dengan penuh keikhlasan hanya mengharap ridha Allah SWT, bukan mengharap pujian atau suatu pemberian dari manusia.
Jika sumber penyakit futur itu berasal dari eksternal, barangkali penyebabnya adalah orang lain, keluarga, teman atau lingkungan tempat tinggal, lingkungan majlis, maka bersihkan hati untuk tidak terpengaruh dengan perilaku orang lain yang menyebabkan penyakit futurnya bisa bertambah berat.
Jangan hiraukan orang yang membuat kita malas beramal, karena hal itu akan merugikan kita sendiri. Pahala kita akan berkurang, badan akan menimbulkan penyakit. Yang lebih rugi lagi adalah jalan mulus menuju syurga sulit kita dapati, yang ada hanya jalan berliku.
Untuk itu, segera mencari vaksin jika virus futur sudah mulai menyerang, jangan biarkan dia menyebar ke seluruh tubuh, karena bisa mematikan semangat untuk beramal. Dan kita khawatir virus tersebut akan menyerang hati, sehingga mematikan hati tidak bisa lagi mendapatkan cahaya Ilahi. Naudzubillah. []
*) Da’iyah Kota Banda Aceh dan Penulis Buku Madrasah Ramadhan