Oleh: Nuim Hidayat*)
Masalah khilafah ini adalah masalah yang besar. Masalah yang bisa membuat mati hidup seseorang. Masalah yang bisa membuat hidup atau matinya suatu gerakan.
Masalah khilafah adalah masalah kekuasaan. Masalah yang dimana untuk menuju ke sana, banyak orang terbunuh. Karena kekuasaan, miliaran orang terbunuh dalam sejarah manusia.
Kekuasaan menjadi rebutan, kenapa? Karena dengan kekuasaan manusia mendapat pujian. Dengan kekuasaan manusia mendapat harta. Dengan kekuasaan manusia mendapatkan kehormatan. Dengan kekuasaan manusia mendapatkan “kepuasaan seks” dan seterusnya.
Maka jangan heran karena kekuasaan, manusia bisa saling membunuh. Saling memfitnah. Saling mencaci. Saling membenci dan seterusnya.
Karena begitu “membahayakannya” masalah kekuasaan, maka Nabi Muhammad saw dididik oleh Allah tidak “membahas masalah ini” ketika di Makkah. Di Makkah Rasulullah “hanya” menjalankan dakwah. Rasul mengajak masyarakat Makkah agar beriman kepada Allah Swt. Rasul mengajak masyarakat agar meninggalkan kepercayaan lama, menyembah patung atau “dewa”. Rasul mengajak masyarakat agar percaya kepada akhirat, hidup sesudah mati.
Rasul juga mengajak agar masyarakat percaya kepada Tuhan Allah, malaikat, kitab-kitab suci (al Quran), rasul-rasulNya, hari kiamat dan takdir. Rasul mengajak masyarakat agar banyak beribadah, agar mudah masuk surga. Rasul mengajak masyarakat agar senang bersedekah (zakat), sehingga tercipta masyarakat yang saling bantu membantu.
Tentu saja ajakan Rasulullah ini mendapat tantangan keras dari masyarakat Arab saat itu. Mereka yang terbiasa menyembah berhala marah, karena ajakan ini menyebabkan bisnis berhala mereka hancur. Para bangsawan Arab juga marah, karena masyarakat banyak beralih ke Islam, sehingga anak buah mereka menjadi berkurang. Abu Jahal, Abu Lahab, Walid bin Mughirah adalah dalam deretan ini.
Para pembesar itu marah, sehingga mereka menangkap beberapa pengikut Rasulullah dan menyiksa atau membunuhnya. Bilal dan Sumayyah termasuk dalam deretan sahabat yang disiksa dan dibunuh.
Meski mendapat tantangan keras dari pembesar kaum kafir Quraisy ini, Rasulullah dan pengikutnya tetap tegar. Rasul mendidik sahabat-sahabatnya agar shalat malam. Rasul mendidik sahabat-sahabatnya agar saling tolong menolong di antara mereka. Rasul -- dengan bimbingan wahyu Allah -- mendidik para sahabat agar kuat mentalnya, karena akan menghadapi pertentangan keras kaum kafir. Mereka dididik untuk banyak shalat, puasa, membaca al Quran dan lain-lain.
Mereka dididik Rasul menjadi generasi qurani. Generasi yang meyakini bahwa al Quran adalah pedoman hidup yang terhebat bagi manusia. Al Quran adalah wahyu dari Yang Maha Pencipta. Al Quran adalah puncaknya ilmu. Al Quran adalah puncaknya petunjuk untuk akal dan jiwa manusia.
Didikan Rasul dengan al Quran ini menjadikan para sahabat tegar dalam menghadapi siksaan, pemboikotan dan berbagai hal yang menyakitkan. Keyakinan mereka 100 persen bahwa al Quran adalah wahyu dari Allah. Al Quran adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana Rasul sendiri tunduk terhadap al Quran. Rasul yang dari kecil hingga dewasa tidak pernah bohong, tidak mungkin tiba-tiba berbohong untuk mendapat simpati dari masyarakat.
Didikan Rasul ini menjadikan para sahabat menjadi orang-orang hebat saat itu. Ada yang menjadi khalifah (kepala negara), menjadi guru (ahli ilmu), menjadi gubernur, menjadi ahli perang dan lain-lain.
Puncak dari perjuangan Rasulullah adalah ketika Rasul mau dibunuh oleh pemuda-pemuda Quraisy. Perintah itu datang dari para pembesar Quraisy. Karena mereka telah kalah dalam peperangan intelektual. Mereka kalah dalam peperangan ideologi. Sehingga, mereka berkesimpulan langkah yang harus diambil adalah peperangan fisik, membunuh Rasul.
Disinilah Allah Yang Maha Kuasa, langsung turun tangan. Memberitahu Rasul agar segera berhijrah ke Madinah. Makkah Madinah jaraknya sekitar 436 km, seperti jarak Jakarta Semarang.
Hijrahnya Rasul ke Madinah disambut dengan meriah oleh penduduk Madinah. Madinah saat itu mayoritas penduduknya sudah hijrah ke Islam. Jumlah penduduk Yahudi dan kaum kafir lainnya kalah dengan jumlah kaum muslim. Di sinilah Rasulullah akhirnya bisa mendirikan Negara Madinah: Madinah Munawwarah. Kota atau negara yang bercahaya. Negara yang dicahayai oleh iman. Negara yang dicahayai oleh ilmu. Negara yang dicahayai saling tolong menolong masyarakatnya.
Khilafah
Melihat sejarah Rasulullah di atas, maka khilafah “hanya” bisa terbentuk bila penduduk dunia mayoritas sudah muslim. Bila penduduk Amerika, Eropa, China dan Rusia masih banyak yang kafir, khilafah sulit dibentuk.
Khilafah adalah visi Rasulullah untuk masa depan kaum Muslimin. Ia bukan utopia atau khayalan. Ia bisa dibentuk dengan syarat di atas.
Rasulullah menyatakan, “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar).
Pembentukan khilafah bukan hal yang mudah. Para pemimpin dunia dan ulama perlu merumuskan bersama.
Di zaman penduduk dunia terhubung dengan internet saat ini, memang khilafah dibutuhkan. Pemerintahan satu negara (dunia) sangat dibutuhkan. Karena masing-masing negara punya keunggulan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang berbeda-beda. Sehingga, harus ada yang menghubungkan satu sama lain. Harus ada yang menghubungkan agar dunia makmur bersama. Harus ada yang menghubungkan agar penduduk bumi bisa damai dan sejahtera bersama.
Bila kita simak al Quran, maka kata khilafah memang tidak ada. Yang ada adalah kata khalifah. Khilafah adalah bentuk kata lain dari khalifah. Dr Jeffry Lang, mualaf ahli matematika dari Amerika, terkagum-kagum dengan al Quran karena menjawab pertanyaan mendasar bagi manusia, yaitu untuk apa manusia diciptakan Allah di muka bumi ini? Untuk memakmurkan bumi, bukan untuk saling menumpahkan darah, jawab al Quran.
Allah Swt berfirman,”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS al Baqarah: 30)
Bila dunia bisa “menciptakan” pandemi bersama, maka tidak mustahil dunia juga bisa membuat khilafah untuk kemakmuran bersama. Kapan? Setelah manusia di muka ini mayoritas Islam. Setelah manusia di bumi ini meyakini al Quran adalah satu-satunya kitab suci yang menjadi petunjuk hidup bagi manusia.
Renungkanlah ayat mulia dari al Quran ini, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
”Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al Baqarah: 212-214).
Wallahu azizun hakim.
*) Penulis, Direktur Akademi Dakwah Indonesia, Depok