Dr. Nazaruddin, MA (jas putih) yang terpilih secara aklamasi sebagai Rektor IAI Almuslim (Foto/M. Jafar Peunteut)
Bireuen - Senat Institut Agama Islam (IAI) Almuslim Aceh menggelar pemilihan rektor baru periode 2022-2026 di ruang Rapat Pascasarjana, Selasa, (11/10/2022).
Ketua Komisi Pemilihan Rektor (KPR) IAI Almuslim Aceh Edi Mizwar, MPd pada media menyebutkan, selama dibuka pendaftaran bakal calon (balon) rektor hingga pada pencalonan akhirnya ditetapkan dua orang kandidat calon rektor untuk periode 2022-2026.
“Masa pendaftaran rektor telah kita buka sejak 24-29 September lalu, setelah melewati proses penjaringan hingga pada tahap penetapan calon dua kandidat yang melengkapi proses administrasi, yakni Dr Nazaruddin, MA dan Dr Dhiauddin, MPd,” ungkap Edi Mizwar.
Usai rapai senat tertutup pemilihan rektor, sebut Edi Mizwar nantinya, juga akan dilakukan satu lagi tahap penetapan.
“Setelah proses pemilihan ini berlangsung, nantinya KPR juga akan memberikan waktu kepada pihak Yayasan Almuslim Peusangan untuk menentukan pilihan sehingga pada tanggal 17 Oktober bisa langsung dilakukan pelantikan rektor baru,” sebutnya.
Dalam penyampaian visi dan misi serta program kerja, calon kandidat rektor pertama Nazaruddin menyampaikan sejumlah gagasan dan masukan di depan anggota senat lebih menitik beratkan pada penataan kelembagaan dan lainnya.
“Selain visi dan misi, saya menitikberatkan beberapa program kerja kedepan jika terpilih sebagai rektor yakni terkait penataan kelembagaan, administrasi dan keuangan demi tercipta good governance pada kampus Paya Lipah yang tercintai,” sebutnya.
Lebih lanjut, tambah Nazaruddin, peningkatan mutu dan kualitas akademik dan kemahasiswaan juga menjadi prioritas yang tidak bisa dikesampingkan.
“Kualitas akademik adalah bentuk dari tridharma perguruan tinggi. Ini adalah inti dari keberadaan sebuah kampus dan pelayanan yang ada dari kampus bagi dosen, mahasiswa dan civitas akademika,” tutur Nazaruddin.
Sementara itu, kandidat calon rektor kedua, Dhiauddin menyatakan, selain visi dan misi juga menekankan pada sejumlah program peningkatan mutu lulusan, peningkatan kreatifitas, prestasi dan akhlak mulia hingga pada peningkatan kualitas dosen.
“Peningkatan bahasa, teknologi informasi, kepemimpinan, dan publikasi ilmiah. Ini semua adalah bagian dari tridharma perguruan tinggi menjadi inti dari kampus yang harus kita benahi kedepan,” sebut Dhiauddin.
Selain program tersebut, Dhiauddin juga menekankan pentingnya peningkatan prestasi dan akhlak mulia.
“Peran kampus sebagai pusat kegiatan keagamaan adalah bagian penting dari pembinaan akhlak dan karakter. Kami berharap dengan adanya program ini bisa menjadi peningkatan prestasi bagi mahasiswa serta menjadi prestasi juga bagi akreditasi kampus agar semua program studi terakreditasi baik sekai atau minima B,” tutupnya.
Usai pidato visi dan misi dari dua calon rektor, Ketua Senat IAI Almuslim Aceh Dr Saifullah, MPd juga membuka sesi pertanyaan dari anggota senat yang hadir serta menjelaskan prosedur pemilihan.
“Adapun prosedur pemilihan rektor kita berlakukan dua opsi, yakni lewat aklamasi dan pemungutan suara (coblos) demi menjaga kerahasiaan suara. Dari 19 anggota senat yang hadir, 12 orang memilih aklamasi dan sisanya memilih pemungutan suara,” kata Saifullah.
Namun ditengah proses aklamasi untuk menentukan calon rektor. Kandidat rektor nomor dua secara resmi menyatakan surat pengunduran diri yang dibaca langsung oleh Ketua KPR.
“Saat proses pemilihan secara aklamasi, kandidat kedua mengundurkan diri dan surat pengundaran diri ini disampaikan langsung di depan senat dan tim peninjau serta dibacakan langsung oleh Ketua KPR Edi Mizwar,” akui Ketua Senat.
Maka secara sistem Nazaruddin, akhirnya terpilih aklamasi sebagai Rektor IAI Almuslim Aceh periode 2022-2026 yang disepakati dan disetujui oleh oleh anggota forum serta senat.
Adapun pelantikan rektor IAI Almuslim Aceh sendiri secara resmi nantinya akan dilangsung pada hari Senin, 17 Oktober 2022 mendatang di Auditorium Tgk Chik Abdurrahman Kampus Paya Lipah usai ditetapkan dan diangkat oleh pihak Yayasan Almuslim Peusangan. [M. Jafar Peunteut]