Sekedar pengantar, tulisan ini hanya intermezo juga merupakan sudut pandang saya. Juga bukan sebuah berita, tapi hanya cerita ringan. Silahkan dibaca kalau dianggap bermanfaat. Saya tulis pada pagi Jumat, 16 September 2022 sambil duduk manis di warung kopi sudut Simpang Lampu Merah kota kecil saya Matanggulumpangdua.
Suatu hari setahun silam, saya ngobrol santai di sebuah warung kopi kampung di pedalaman Bireuen dengan Letkol Inf. Zainal A Rambe, saat itu Letkol Zainal masih menjabat sebagai Komandan Distrik Militer 0111/Bireuen, ia mengatakan kepada saya, bahwa dia heran dengan orang Aceh karena semua yang dimakan dikatakannya obat.
"Saya heran dengan orang Aceh, kok semua makanan itu dikatakan obat," kata pria kelahiran Palembang, yang saat ini bertugas sebagai Kasdim 0102/Medan ini.
"Itulah salah satu kearifan lokal orang Aceh komandan," sahut saya bernada canda.
Tak selang lama, sang pemilik warung menghampiri kami, di tangannya menjinjing kantong kresek putih. Ternyata dia menawarkan jomblang (boh jambee kleng-bahasa Aceh).
"Komandan, ini enak rasanya, manis kelat, bagus untuk obat sakit maag dan penderita gula," ujar pria pemilik warung kopi yang menjabat keurani gampong (sekretaris desa) di desanya.
"Nah kan, apa saya bilang, semua makanan jadi obat di Aceh," seru Dandim sambil tertawa.
Nah, begitulah kami orang Aceh, bahwa setiap rezeki Allah yang masuk ke mulut kami, maka itu kami niatkan jadi obat. Mungkin ada keberkahan yang diharap dari makanan yang akan masuk ke perutnya.
Walau kadang ada yang offside dari pemikiran orang Aceh yang tidak saya setuju, yakni ada kadang-kadang ungkapan dari orang Aceh, kita makan saja terus, kalau sudah mati kapan lagi kita makan.
Bahkan dia nekat memakan makanan yang sudah dilarang oleh dokter, misalnya penderita darah tinggi atau hypertensi tak dibolehkan makan daging kambing kadang orang Aceh tetap memakannya. Pajan lom (kapan lagi). Alamak.
Tapi untuk makanan yang akan saya ceritakan ini, saya yakini memang betul ada manfaatnya, yaitu tape. Hampir tiap hari saya makan tape ketan yang dibuat melalui proses fermentasi pembusukan ketan dengan menggunakan ragi itu.
Ternyata dugaan saya tak meleset, karena dari beberapa referensi yang saya baca adapun manfaat tape ketan untuk tubuh yaitu, berfungsi melancarkan sistem pencernaan, serta melindungi pencernaan akibat serangan bakteri jahat yang menyebabkan kerusakan.
Selain itu, kandungan zat besi juga asam laktat yang ada dalam tape memiliki kandungan serat sehingga sistem pencernaan dalam tubuh jadi lebih lancar dan sehat. Nah lo, benar kan yang saya bilang?
Hanya itu saja? Ternyata tidak, karena tape juga bisa bikin awet muda, karena tape berkhasiat dalam menghambat penuaan dini pada wajah, karena memiliki senyawa antioksidan. Dimana antioksidan yang dimiliki memperbaiki jaringan kolagen dengan cepat.
Selain itu, kandungan asam laktat pada tape, dapat membantu tingkatkan kekebalan tubuh. Manfaat tape berbahan dasar ketan ini dipercaya mampu meningkatkan ketahan tubuh, sehingga tidak mudah terinfeksi atau terjangkit virus juga bakteri.
Meski banyak manfaatnya, juga ada mudharatnya, karena kadar alkohol yang terkandung dalam tape ketan terbilang cukup tinggi. Tingginya kadar alkohol yang dikonsumsi akan memberikan beberapa pengaruh bagi tubuh, salah satunya ialah terganggunya sistem aliran darah. Untuk itu, dijaga saja.
Nah, jadi tunggu apalagi? Ayuk makan tape. Niatkan untuk kesehatan, karena buat orang Aceh semua makanan itu obat. Hehe...[Hamdani]