Oleh: Hamdani, SE.,MSM
Jejak Adventure Perjuangan 2 (JAP 2) sudah usai, tapi kenangan tentang itu belum akan menghilang dan tak mudah sirna dalam memori ingatan. Sudah tiga tahun ini saya bersama komunitas Goweser Matang Mountain (GMM) Bike Community menyelenggarakan kegiatan gowes pada setiap Hari Ulang Tahun (HUT) komunitas yang saya bantuk tiga tahun silam itu, yakni 1 Agustus 2019.
Pada HUT perdana tahun 2020, saat belum diberi nama JAP, komunitas GMM dengan mengajak beberapa komunitas lain di Bireuen, melakukan gowes akbar dari Matangglumpangdua ke Bate Iliek dengan jarak tempuh 100 Km (PP). Saat itu Dandim 0111/Bireuen saat masih dijabat Letkol Inf. Zainal Abidin Rambe,S.Sos, bersama Ketua KONI Bireuen H. Mukhlis, A.Md ikut serta sampai ke Batee Iliek.
Lalu pada HUT GMM kedua tahun 2021, kami mulai melabeli kegiatan tahunan kami dengan JAP, yakni akronim dari Jelajah Alam Peusangan. Pesertanya saat itu lebih 300 orang, padahal saat itu kami sudah membatasi hanya 300 orang, karena ada pembatasan orang untuk berkumpul, akibat pandemi Covid-19. Tapi antusiasme rekan-rekan tak bisa kami bendung, ya sudahlah...
Pada event JAP tahun lalu, selain Dandim Bireuen dan Haji Mukhlis Takabeya ikut berpartisipasi, Danyon 113/Jaya Sakti juga ikut, yang istimewa saat itu, Dandim dan Haji Mukhlis, serta Rektor Umuslim Dr. Marwan Hamid, M.Pd masing-masing ikut menyumbang sembako kepada masyarakat sepanjang lintasan trek JAP 2. Indahnya berbagi.
Terakhir, pada HUT ke-3 kami kembali menggelar even gowes bersama (gobar), yakni pada 31 Juli 2022. Kami kembali melabeli event tersebut dengan JAP, tapi dengan akronim yang berbeda dengan JAP 1, kali ini akronim JAP adalah Jejak Adventure Perjuangan.
Selain berbeda dari segi akronimnya, kami juga merubah rutenya. Kali ini lebih santai karena semua peserta akan menuju finish di air terjun Alue Meuh, Kecamatan Sawang.
Tapi buat saya, yang istimewa dari JAP 2 ini adalah tentang indahnya berbagi dengan anak yatim dan anak-anak fakir miskin di lokasi start dan finish. Sengaja saya arahkan rekan-rekan untuk mencari donasi yang bersedia menyisihkan rezeki yang berlebih buat mereka yang berada di pedalaman.
Alhamdulillah, dua orang pengusaha sukses di Kabupaten Bireuen berhasil saya ajak untuk ikut menyumbang, yakni H. Mukhlis, A.Md.,SH yang merupakan Ketua KONI Bireuen, juga ketua DPD Golkar Bireuen, serta Heri Saputra salah seorang pengusaha toko ponsel di Matangglumpangdua, keduanya ikut menyumbang di lokasi start dan finish.
Selain sumbangan itu, ditambah lagi sumbangan dari donatur lain yang tak mengikat, serta dari unsur peserta. Lengkap sudah keindahan itu, bahwa jargon berolahraga sambil beramal menjadi sah.
Buat saya pagelaran JAP bukan hanya sekedar rutinitas tahunan komunitas saya, tapi lebih daripada itu, yakni untuk menguji makna persahabatan, pun juga tentang loyalitas anggota komunitas buat organisasi.
Memang harus saya akui, dalam pagelaran JAP 2 ini, tingkat resistensi sangat tinggi. Entah kenapa.
Ada banyak hal yang berubah, tapi menurut saya itu biasa, karena merupakan dinamika salam sebuah organisasi.
Saya sering berujar kepada rekan-rekan di komunitas GMM, bahwa tiada yang abadi. Negara saja yang merupakan organisasi besar, bisa bubar. Konon lagi GMM yang konon hanya sebuah komunitas hobby.
Tapi tentunya, pelaksanaan kegiatan atau event menjadi penting buat saya untuk menguji persabatan dan loyalitas, sejauh mana rekan-rekan peduli dan care terhadap perhelatan momentum komunitas sendiri, terlepas dari kesibukan masing-masing yang harus dimaklumi. Tapi tak ada salahnya, yang tak bisa ikut langsung, bisa sekedar mengirim ucapan penyemangat paling kurang di WhatsApp Grup (WAG), buat saya itu sudah cukup sebagai bentuk atensi daripada diam tanpa aksi. Entahlah.
Karena kalau diam dan pasif tanpa aksi, terkesan tak peduli. Lalu apa makna kebersamaan yang selama ini sudah terpatri dan terajut berbilang tahun?[]
Pada HUT perdana tahun 2020, saat belum diberi nama JAP, komunitas GMM dengan mengajak beberapa komunitas lain di Bireuen, melakukan gowes akbar dari Matangglumpangdua ke Bate Iliek dengan jarak tempuh 100 Km (PP). Saat itu Dandim 0111/Bireuen saat masih dijabat Letkol Inf. Zainal Abidin Rambe,S.Sos, bersama Ketua KONI Bireuen H. Mukhlis, A.Md ikut serta sampai ke Batee Iliek.
Lalu pada HUT GMM kedua tahun 2021, kami mulai melabeli kegiatan tahunan kami dengan JAP, yakni akronim dari Jelajah Alam Peusangan. Pesertanya saat itu lebih 300 orang, padahal saat itu kami sudah membatasi hanya 300 orang, karena ada pembatasan orang untuk berkumpul, akibat pandemi Covid-19. Tapi antusiasme rekan-rekan tak bisa kami bendung, ya sudahlah...
Pada event JAP tahun lalu, selain Dandim Bireuen dan Haji Mukhlis Takabeya ikut berpartisipasi, Danyon 113/Jaya Sakti juga ikut, yang istimewa saat itu, Dandim dan Haji Mukhlis, serta Rektor Umuslim Dr. Marwan Hamid, M.Pd masing-masing ikut menyumbang sembako kepada masyarakat sepanjang lintasan trek JAP 2. Indahnya berbagi.
Terakhir, pada HUT ke-3 kami kembali menggelar even gowes bersama (gobar), yakni pada 31 Juli 2022. Kami kembali melabeli event tersebut dengan JAP, tapi dengan akronim yang berbeda dengan JAP 1, kali ini akronim JAP adalah Jejak Adventure Perjuangan.
Selain berbeda dari segi akronimnya, kami juga merubah rutenya. Kali ini lebih santai karena semua peserta akan menuju finish di air terjun Alue Meuh, Kecamatan Sawang.
Tapi buat saya, yang istimewa dari JAP 2 ini adalah tentang indahnya berbagi dengan anak yatim dan anak-anak fakir miskin di lokasi start dan finish. Sengaja saya arahkan rekan-rekan untuk mencari donasi yang bersedia menyisihkan rezeki yang berlebih buat mereka yang berada di pedalaman.
Alhamdulillah, dua orang pengusaha sukses di Kabupaten Bireuen berhasil saya ajak untuk ikut menyumbang, yakni H. Mukhlis, A.Md.,SH yang merupakan Ketua KONI Bireuen, juga ketua DPD Golkar Bireuen, serta Heri Saputra salah seorang pengusaha toko ponsel di Matangglumpangdua, keduanya ikut menyumbang di lokasi start dan finish.
Selain sumbangan itu, ditambah lagi sumbangan dari donatur lain yang tak mengikat, serta dari unsur peserta. Lengkap sudah keindahan itu, bahwa jargon berolahraga sambil beramal menjadi sah.
Buat saya pagelaran JAP bukan hanya sekedar rutinitas tahunan komunitas saya, tapi lebih daripada itu, yakni untuk menguji makna persahabatan, pun juga tentang loyalitas anggota komunitas buat organisasi.
Memang harus saya akui, dalam pagelaran JAP 2 ini, tingkat resistensi sangat tinggi. Entah kenapa.
Ada banyak hal yang berubah, tapi menurut saya itu biasa, karena merupakan dinamika salam sebuah organisasi.
Saya sering berujar kepada rekan-rekan di komunitas GMM, bahwa tiada yang abadi. Negara saja yang merupakan organisasi besar, bisa bubar. Konon lagi GMM yang konon hanya sebuah komunitas hobby.
Tapi tentunya, pelaksanaan kegiatan atau event menjadi penting buat saya untuk menguji persabatan dan loyalitas, sejauh mana rekan-rekan peduli dan care terhadap perhelatan momentum komunitas sendiri, terlepas dari kesibukan masing-masing yang harus dimaklumi. Tapi tak ada salahnya, yang tak bisa ikut langsung, bisa sekedar mengirim ucapan penyemangat paling kurang di WhatsApp Grup (WAG), buat saya itu sudah cukup sebagai bentuk atensi daripada diam tanpa aksi. Entahlah.
Karena kalau diam dan pasif tanpa aksi, terkesan tak peduli. Lalu apa makna kebersamaan yang selama ini sudah terpatri dan terajut berbilang tahun?[]
