Oleh : Hamdani, SE.,MSM
Penulis ada seorang akademisi dan jurnalis. Email: [email protected]
"...Sebenarnya menurut saya pemekaran wilayah adalah perkara gampang, yang berat dalam masalah pemakaran wilayah adalah hambatan psikologis..."
Ini adalah tulisan lama saya di status Facebook pribadi saya, sengaja saya angkat kembali masalah ini, dengan sedikit modifikasi di sana sini, karena saya pikir masalah pemekaran wilayah sangat relevan dibahasa sepanjang zaman. Demikian
Ini masih tentang wacana Kabupaten Peusangan Raya yang merupakan ide pemekaran dari Kabupaten Bireuen. Sekedar wacana, tentu sah-sah saja dan saya harap tak perlu menghujat kalau hanya sekedar wacana, karena setiap orang bebas beropini. Mari kita berdiskusi dengan pikiran waras,yang "gila" tak perlu menghabiskan waktu membaca tulisan ini dan silahkan minggir.
Sebenarnya menurut saya pemekaran wilayah adalah perkara gampang, yang berat dalam masalah pemakaran wilayah adalah hambatan psikologis. Dimana wilayah induk sulit melepaskan wilayahnya. Kenapa? Karena masih terpengaruh pola pikir kerajaan. Dimana semakin luas wilayah, maka semakin besar dianggap sebuah kerajaan.
Lalu hambatan lainnya adalah, munculnya kelompok-kelompok sinis, dimana mereka menganggap orang-orang yang sedang merancang pemekaran adalah orang-orang yang haus kekuasaan. Padahal kalau haus minum air. Maaf bercanda.
Lalu, ada juga tudingan, seakan-akan membicarakan masalah pemekaran, bagi orang-orang wilayah induk dianggap sebuah pengkhianatan. Berkhianat kepada wilayah induk, dianggap tidak loyal. Serta berbagai stigma negatif lainnya. Alamak.
Akhirnya banyak yang malu-malu kucing. Sebagian malah dengan sinis lalu mengatakan. Mission imposible itu pemekaran. Walah!
Padahal, ini juga persoalan yang dihadapi Kabupaten Bireuen pada saat mau pisah dengan Aceh Utara dulunya. Hambatan psikologis. Lalu kenapa kita tidak belajar dari sejarah?
Sampai hari ini, saya masih yakin dengan teori, semakin kecil sebuah wilayah, maka semakin makmurlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Tentu dengan catatan, SDA dan SDMnya mampuni. Jadi lihat saja negara-negara Eropa, hanya dengan wilayah yang kecil mereka bisa berjaya dan menjadi penentu di dunia. Begitulah.
Tetapi untuk saat ini pemekaran wilayah di Indônèsia tentunya hanya sekedar wacana, karena regulasi terkait pemekaran wilayah bahwa ada moratorium terkait pemekaran wilayah yang belum dicabut oleh Pemerintah Pusat (Baca:Jakarta). Aaplagi beban anggaran negara sedang barat, khususnya selama masa pandemi Covid-19 yang belum bisa diprediksi kapan berakhir.
Tapi meski demikian, bagi wilayah-wilayah yang berminat mengajukan pemekaran dari wilayah iniduk, tentu sah-sah saja untuk mengambil ancang-ancang, seraya terus mempersiapkan SDM mereka. Karena pemekaran wilayah bukan suatu dosa. Mari.[]