Oleh : Hamdani, SE.,MSM
Penulis adalah dosen dan jurnalis
Mungkin tulisan ini bisa membuka cakrawala berpikir, wasawan para pihak dalam rangka membangun paradigma berpikir tentang pentingnya lembaga membangun relasi dengan media massa.
Sebagian orang atau pihak tak memahami betapa pentingnya membangun relasi dengan media massa, khususnya lembaga publik, baik milik pemerintah maupun swasta. Jika relasi tak terbangun, maka dipastikan semua kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Anda akan senyap tanpa pemberitaan. Walau menurut Anda, ini adalah sebuah event penting. Penting menurut Anda, dalam perspektif media, itu biasa saja. Publik juga belum tentu peduli.
Membangun relasi dengan media massa (baca: wartawan) bukanlah masalah uang, yang penting adalah bagaimana saling menghargai dan menghormati tugas dan profesi masing-masing.
Jika relasi tak dibangun, maka jangan salahkan media massa jika kesannya mereka akan mengorek-orek kekurangan lembaga Anda. Jangan menuding bahwa itu karena wartawan tendensius karena Anda tak memberi amplop pada mereka. Bukan itu persoalannya, tapi kesalahannya adalah, Anda tak mau membangun relasi, Anda akan dianggap sombong dan tak bersahabat. Sehingga wajar mereka para kuli tinta curiga, bahwa ada sesuatu yang salah di lembaga Anda.
Jika relasi sudah terbangun, maka semua akan berjalan baik-baik saja. Anda akan nyaman, lembaga Anda juga akan tenar. Seandainya jika ada kegiatan pungut sampah pun di lembaga Anda, itupun akan menjadi berita. Percayalah.
Makanya saya bilang, cobalah membangun relasi dengan media massa. Anda tak akan rugi, malah untung. Sekali lagi saya tekankan, ini bukan perkara uang, tapi bagaimana kita menghormati profesi orang. Itu saja.
Karena saat ini masih terbangun persepsi dalam masyarakat, kalau kita tak memberi uang kepada wartawan, maka beritanya tak akan naik, atau tak akan diliput. Tapi saya katakan, tak semua karena perkara uang, tapi menghargai mereka juga tak ada salahnya. Toh ada kesalahan media juga, karena tak banyak media yang memberikan upah yang layak kepada wartawannya.
Nah untuk itu, jika acara-acara seremonial yang ada anggaran publikasinya, atau urusan mempromosikan diri mempromosikan diri masak sih begitu "pelit" buat mereka? Ya sewajarnya juga sih. Karena ada sebagian wartawan yang tak digaji oleh medianya, terpaksa mencari cafee atau warung kopi yang ada fasilitas WiFi atau hotspot untuk mengirimkan laporannya ke meja redaksi. Duh. Tapi begitulah. []